Ramainya Kedai Kopi di Citra Niaga Samarinda: Tak Ada Perhatian Pemerintah (3)

Kamis 25-06-2020,17:00 WIB
Reporter : bayong
Editor : bayong

Samarinda, DiswayKaltim.com - Ada saja hambatan membangun usaha di Citra Niaga. Mulai dari ketakutan kehilangan pelanggan. Sampai ancaman dari preman sekitar. Ditambah lagi, pemerintah cuek.

Setiawan Yogi, salah satu pemilik kedai kafe punya kenangan tersendiri di tempat ini. Secara historis, orangtuanya pernah berjualan di Citra Niaga. "Ini dulu pusat keramaiannya Samarinda. Jadi kita buka di sini dan aku emang mau buka usaha," katanya. Ia tidak memandang rekan-rekannya yang juga membuat kedai sebagai pesaing. Karena tujuan yang mereka miliki sama. Sama-sama ingin mereamaikan Citra Niaga.

Tapi ada ganjalan. Yakni premanisme yang kerap mengganggu. Berbagai hal dialami. Seperti kabel listrik yang dipotong. Temrasuk juga setoran di luar pemerintah alias pungli. Atau pungutan liar. Namun, mereka berusaha agar premanisme di sana hilang. Caranya dengan kepala dingin dan etika. Agar tidak menimbulkan persoalan berkepanjangan. "Susah sekali dihilangkan, tapi ya karena banyak yang datang ke sini jadi pelan-pelan menyingkir," lanjutnya.

Diakui lagi, dalam hal ini, pemerintah sebenarnya juga tidak tinggal diam. Banyak upaya dilakukan untuk mengembalikan masa keemasan Citra Niaga. Seperti, pada 2008 saat Kaltim ditunjuk sebagai tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) dan 2017 dengan rencana yang sama yaitu memindahkan pedagang kaki lima kesana. Kenyataannya, Citra Niaga tetap tak bisa secemerlang masa silam.

Tapi itu belum cukup. Ia dan rekan-rekan yang lain mengambil inisiatif. Membuka jalan bagi pelaku-pelaku usaha lainnya. Sehingga brand-brand lokal Samarinda lainnya pun berani bergabung.

"Peluang usaha sekali buka disini karena masih sepi, dikelola dengan orang yang tepat pasti bisa ramai kembali," ucapnya.

Saat ini sudah ada sekitar 20 kafe yang tercatat untuk bergabung meramaikan Citra Niaga. Rata-rata kopi. Yogi, menyampaikan tiap kedai kopi harus memiliki perbedaan agar menjadi ciri khas masing-masing. "Kalau ditempat ku, namanya Kopi Ngegas. Tiap customer yang order akan diteriakin, nah harus beda tiap kedainya," tandasnya.

Kopi Ngegas punya ciri khas sendiri kepada pengunjungnya. (Dian Adi Probo Pranowo/Disway Kaltim)

Andi Desky, salah satu pemilik kafe Makmoer Djaya juga punya cerita. Dalam sehari ia bisa meraup omzet Rp 1 juta paling kecil. Ia menyiapkan sekitar empat liter kopi. Semua habis. Untuk 100 gelas. Untuk operasional katanya sudah nutup. Semisal biaya keamanan Rp 75 ribu per bulan dan biaya kebersihan sampah. Termasuk juga listrik.

Baca juga: Ramainya Kedai Kopi di Citra Niaga: Bikin Asyik Aja (2)

Pemuda ini punya visi. Ini alasannya membuat kafe di Citra Niaga. "Di sini nanti pasti rame," ucapnya yakin. "Cuma sayang, pemimpin Samarinda mau mengubah citra tapi tidak ada konsep. Malah mau disamakan dengan Malioboro di Jogja. Ya, kita nanti tidak punya ciri khas," sindirnya. Yang datang ke kafe nya pun beragam. Diantaranya komunitas sepeda dan sepeda motor gede. "Pas kami sudah mau closed order, mereka datang. Ya, kami tetap harus layani," selorohnya.

Lalu bagaimana dengan protokol kesehatan? Satpol PP sendiri pernah mendatangi kafenya. Memberikan imbauan. Nah, saat itu ia sudah punya antisipasi. Menyiapkan hand sanitizer dan tempat cuci tangan.

Sementara itu Michaelangelo Ryanto Chaniago, owner Lokalo Coffee Shop juga membuka usaha disana. Semua berawal dari kecintaan dengan kopi. "Obrolin dulu semuanya, terus kita eksekusi bareng," katanya.

Pria yang akrab disapa Toto ini mengaku memilih membuka usaha di Citra Niaga karena ada tantangan tersendiri. Namun mereka tetap yakin dan optimistis jika cara juga strategi yang mereka miliki bisa ikut meramaikan Citra Niaga.

“Habis itu kita cek lokasi, ketemu yang punya tempat, meeting segala macam. Akhirnya bulan Februari mau jalan tapi karena adanya COVID-19 ketunda lagi,” ungkapnya.

Tags :
Kategori :

Terkait