Zulfikri (depan) adalah kiper ketiga Borneo FC. Sulit baginya menembus dominasi Gianluca yang disusul oleh Dicky. (Dian Adi/ Disway Kaltim)
Oleh: Ahmad Agus Arifin
Asosiasi Pelatih Sepak Bola Seluruh Indonesia (APSSI) membuka wacana untuk memainkan pemain U-20 di Liga 1 musim ini. Alasannya untuk mempersiapkan timnas Indonesia di ajang Piala Dunia U-20. Dimana Indonesia menjadi tuan rumah. Beberapa klub menyatakan setuju atas ‘niat baik’ ini. Walau pada akhirnya, jika regulasi ini disahkan PSSI. Akan berpotensi membuat beberapa klub kurang kompetitif.
Saya benar-benar mengikuti Borneo FC Samarinda sejak pergantian musim. Di mulai tidak berlanjutnya masa kepelatihan Mario Gomez, hingga pergantian manajer tim. Soal transfer, apalagi. Disway Kaltim rasanya media yang mengulas pergerakan transfer pemain Borneo FC paling lengkap.
Dari pindahnya Lerby Eliandry ke Bali United yang dramatis itu. Abdul Rachman yang sudah disebut pelatih Barito Putera sebagai rekrutan anyar tim Kalsel yang kemudian memperpanjang kontrak di Borneo FC. Pendatangan Dicky Indriyana yang mengejutkan. Kedatangan Kevin Gomes, Andri Muliadi, Andika Kurniawan, Guy Junior, legiun asing Fransisco Torres, Nuriddin Dovronov, sampai yang paling alot Diogo Campos. Datangnya duo Papua Immanuel Wanggai dan Titus Bonai.
Di setiap sesi perkenalan pemain baru. Borneo FC menyebut jika mereka sedang mempertahankan filosofi membangun kesuksesan melalui proses panjang. Yakni mengombinasikan pemain ‘jadi’ dan pemain muda.
Dan sejauh yang saya amati. Perkataan itu sangatlah masuk akal. Borneo FC yang tahun ini berusia 6 tahun telah belajar banyak di meja transfer. Musim ini adalah upaya terbaik yang mereka buat dalam proses perekrutan pemain. Komposisinya pas. Pemain seniornya cakap. Pemain mudanya bukan kaleng-kaleng.
Jumlah pemain mudanya nyaris setengah dari komposisi pemain yang ada. Dan mereka bukan sekedar pajangan saja. Agar Borneo dikatakan sebagai klub yang banyak memberi kesempatan pada talenta muda tanah air.
Terens Puhiri, ‘Messi’ Sihran, Gianluca, Wahyudi Hamisi, Kevin Gomes, adalah deretan pemain muda yang wara-wiri di tim inti. Beberapa dari mereka bahkan bermain sangat gemilang. Meski bukan berstatus pemain timnas, keberadaan mereka di atas lapangan sangat-sangat tidak timpang dengan para seniornya.
Borneo FC benar-benar melakukan investasi yang bagus untuk membangun tim dengan kekuatan. Bukan membangun tim dengan uang. Sebuah antitesis sebenarnya. Karena era sepak bola sekarang sudah menumpukan uang di atas segalanya.
Soal wacana memainkan pemain U-20 di Liga 1 nanti. Kami sudah berusaha mengonfirmasi apakah Borneo FC setuju atau tidak. Namun hingga tulisan ini dibuat, jawaban itu belum didapatkan. Tapi saya menduga, Borneo FC akan setuju.
Musim ini Borneo FC punya track record sebagai tim yang tidak ‘bandel’. Nurut. Selalu mendukung keputusan federasi. Maka saya berasumsi kalau mereka pun akan setuju dengan usulan tersebut.
Tapi yang kemudian menjadi masalah adalah. Jika regulasi itu disetujui PSSI. Borneo FC akan punya masalah lain. Yakni ketersediaan pemain U-20 untuk dimainkan secara regular dilanjutan Liga 1 yang direncanakan bergulir Oktober nanti.
Bukan mereka tak punya. Ada empat pemain malah. Tapi mereka itu statusnya sedang disiapkan. Oke, begini. Keempat pemain itu adalah Zulfikri (kiper), Aldjufri Daud (bek kiri), Wiranto (bek tengah), dan Arya Gerry (gelandang serang).