Muhammad Irsanie; Pengabdi Negara, Pelindung Buaya

Sabtu 13-06-2020,11:04 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

ARJUNA MAWARDI, BERAU

Aparatur Sipil Negera (ASN) ini menghabiskan setengah hidupnya menjaga keseimbangan alam. Ia melindungi manusia dari buaya dengan cara: melestarikan buaya. Miliaran rupiah dari keringatnya sendiri dipakai untuk mencegah predator air tawar mengganggu warga. Juga sebaliknya. Berharap ada penerus di akhir masa pengabdiannya.

Sambaliung di Kabupaten Berau merupakan salah satu kecamatan yang punya sejarah panjang. Di daerah ini, berdiri salah satu kerajaan tertua Nusantara, Kerajaan Sambaliung. Menurut situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kesultanan Sambaliung berdiri sejak Kesultanan Berau pecah.

Pada tahun 1810, Kesultanan Berau terbagi menjadi dua, yakni Kesultanan Sambaliung dan Kesultanan Gunung Tabur. Menurut catatan, Sultan Sambaliung pertama bergelar Sultan Alimuddin yang lebih dikenal dengan nama Raja Alam.

Bukti keberadaan kesultanan itu ialah Keraton Sambaliung yang masih berdiri kokoh sampai saat ini. Di halaman keraton tampak buaya raksasa sepanjang 4 meter yang diawetkan. Itulah buaya badas yang banyak ditemukan di wilayah Sambaliung. Pada masa lalu, predator berdarah dingin itu dianggap sebagai pelindung Sambaliung.

Keberadaan buaya badas pernah terancam punah. Perburuan besar-besaran sempat merebak di Berau pada dekade 1990. Masyarakat yang percaya dengan khasiat buaya, memburu reptil ganas itu. Tren mode saat itu menjadikan kulit buaya sebagai salah satu komoditas perdagangan bernilai tinggi.

Belum lagi, dagingnya dipercaya mampu mengobati beragam penyakit, sampai menambah stamina. Bahkan, masyarakat meyakini tangkur (kelamin) buaya punya daya mendongkrak vitalitas pria. Bagian tubuh buaya juga diekstrak menjadi minyak gosok. Sedangkan taringnya dijadikan hiasan.

Akibatnya, populasi badas hitam terancam punah.

Tags :
Kategori :

Terkait