Perburuan Kian Masif karena Cula Badak Dihargai Rp 835 Juta Per Kilogram

Sabtu 06-06-2020,05:00 WIB
Reporter : bayong
Editor : bayong

Pilanesburg, Diswaykaltim.com - Ketika dunia memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada Jumat (5/6/2020), ancaman dari manusia untuk kelangsungan hidup spesies lain adalah kekhawatiran yang semakin meningkat bagi para pelestari lingkungan.

Pada Senin (1/6/2020), para ilmuwan menerbitkan satu laporan penelitian yang menunjukkan bahwa manusia menyebabkan kepunahan massal dalam skala yang tidak terlihat sejak meteor memusnahkan dinosaurus darat 65 juta tahun yang lalu. Yang merupakan kepunahan skala besar keenam dalam sejarah Bumi.

Badak telah ada selama 30 juta tahun. Tetapi perburuan dan hilangnya habitat selama beberapa dekade telah mengurangi jumlah badak di dunia dewasa ini menjadi sekitar 27.000. Gelombang perburuan liar telah memusnahkan ribuan badak dalam tiga tahun terakhir.

“Untuk memberikan populasi badak kesempatan untuk tumbuh lagi, kita perlu meringankan tekanan pada mereka. (Dengan cara) memotong cula,” ujar Pieter Nel, pelaksana tugas kepala konservasi dewan North West Parks.

Tanduk badak dijual seharga 60.000 dolar AS (setara Rp 835 juta) per kilogram. Lebih mahal dari harga kokain atau emas. Di Asia Timur, cula badak digunakan dalam ramuan obat. Meskipun hanya mengandung komponen utama yang sama dengan kuku manusia.

Pemotongan cula badak memang menjadi kontroversial. Terutama karena membuat badak jantan rentan dalam perkelahian. Namun, cula bukanlah alat esensial bagi badak untuk bertahan hidup. Selain itu, seperti halnya kuku, cula badak bisa tumbuh kembali.

Afrika Selatan memotong cula puluhan badak di tiga cagar popular. Guna mencegah pemburu bersenjata. Yang mengambil kesempatan dari krisis pariwisata karena COVID-19. Mereka membunuh badak-badak demi mendapatkan culanya.

Pemotongan cula badak dilakukan di Taman Nasional Pilanesburg serta cagar hewan Mafikeng dan Botsalano--semuanya di barat laut Johannesburg.

Pemotongan itu membuat cula badak-badak menjadi terlalu kecil. Sehingga para pemburu gelap tidak mau repot memburu mereka. Demikian kata pilot helikopter dan anggota pendiri kelompok nirlaba Rhino 911, Nico Jacobs.

Ketika Jacobs menerbangkan helikopter ke Pilanesburg bulan lalu, mereka melihat seekor singa betina memakan bangkai badak yang telah diburu beberapa hari sebelumnya.

Para ahli khawatir. Tidak adanya turis memicu lonjakan perburuan.

Jacobs bersama tim melanjutkan perjalanan ke tempat mereka menenangkan badak betina. Sebelum memotong culanya dengan gergaji listrik. Salah satu betis badak harus ditahan.

Bekerja sama dengan pihak berwenang, mereka mulai memotongi cula badak sejak tiga tahun lalu. Jacobs mengatakan, mereka melihat perburuan liar sudah turun. Jumlah badak di cagar dan berapa banyak yang telah diburu, dirahasiakan untuk melindungi keberadaan badak.

“Saya sudah melihat begitu banyak badak yang dibantai. Disembelih. Apa solusinya? Bagi mereka (pemburu) yang datang ketika ada singa, gajah itu terlalu berisiko hanya untuk mengambil bagian kecil cula itu,” katanya. (an/qn)

Tags :
Kategori :

Terkait