Asyiknya Bisnis Pertanian Organik di Samarinda

Jumat 05-06-2020,11:10 WIB
Reporter : Yoyok Setiyono
Editor : Yoyok Setiyono

Khajjar Rohmah - Samarinda

Kesadaran masyarakat mengonsumsi makanan sehat terus meningkat. Indikasinya, permintaan sayuran organik terus naik. Bahkan jauh sebelum masa pandemi saat ini. Itu sebabnya seorang sarjana teknik rela banting setir. Menjadi petani organik.

Namanya Gunawan Wibisono. Ia seorang kontraktor dan teknisi sebuah perusahaan telekomunikasi terkemuka. Sebelum akhirnya memutuskan menjadi petani. Pertanian organik tepatnya. 

Gunawan punya lahan kurang lebih seluas 1 hektare. Tepat di tengah lahan, dia bangun balai pertemuan berukuran 10×10 m2. Tempat ia dan para kelompok tani melakukan aktivitas. Mulai rapat kerja, musyawarah, pelatihan, sampai kunjungan.

Lulusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Samarinda ini mengintegrasikan lahan pertanian sayur organik dengan ternak sapi. Ia menanam kangkung dan sawi. Sisa lahan yang ada ia tanami sayuran serba hijau. Sementara limbah kotoran sapi, ia jadikan pupuk kandang untuk tanaman sayurnya.

"Baru dua tahun ini, jadi peternak dan petani. Lebih nyaman sih. Karena waktu (kerja), kita yang mengatur sendiri," ujarnya.

Pria 37 tahun ini menyebut  sayurnya sudah bisa dipanen dalam kurun waktu 25 hari. Sekali panen, Gunawan bisa menghasilkan 100 hingga 500 ikat sawi dan kangkung. Hasil panennya itu bisa langsung ia jual ke tengkulak. Dengan harga jual Rp 3.500 per ikat untuk sawi dan Rp 2 ribu per ikat kangkung.

"Saya menanam berselang-seling, biar bisa tiap hari panen," ujarnya.  Gunawan menyebut prospek produk pertanian cukup menjanjikan. Karena kebutuhan akan sayur di Samarinda cukup tinggi. Apalagi pasokan sayur dari Samarinda masih kurang. Kebutuhan sayur-mayur, sebagian masih didatangkan dari luar daerah.

Dan kebutuhan sayur organik memiliki pangsa pasar yang cukup besar. Apalagi kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi makanan sehat semakin tinggi.

Di sebelahnya, Gunawan punya kandang sapi dengan kapasitas 70 ekor. Kandang itu juga dimanfaatkan sentra ternak sapi. Dan ada dua kandang sapi lainnya. Satu milik anggota kelompok tani. Dan satu lagi, milik Gunawan sendiri. Ia memiliki 11 ekor sapi peliharaan.

Tanah milik Gunawan di Jalan Assa'adah RT 19, Lubuk Sawah Kelurahan Mugirejo Samarinda. Integrasi ternak dan pertanian organik itu menambah tebal akntongnya. 

Pemasukan dari ternak sapi, juga cukup menjanjikan. Per tahun ia bisa mendapat pendapatan di atas Rp 100 juta. Gunawan juga menyebut, ternak sapi adalah usaha peternakan yang paling aman. Karena perawatan hewan itu cukup mudah. Selain itu ketahanan sapi juga dinilai lebih kuat. Tidak rawan mati dan sakit.

Harga jualnya juga cenderung stabil. Apalagi menjelang Hari Raya Idul Adha. Permintaan sapi akan meningkat. Gunawan menyebut harga jual sapinya dikisaran harga Rp 65 ribu sampai 75 ribu per kilo gram. Tinggal dikalikan dengan total berat badan sapi. "Ya kalau berat sapinya 200 kg tinggal dikali Rp 75 ribu, ya segitu harganya," pungkasnya.

Meski Gunawan menyebut, bisnis ternak sapi cukup terdampak akibat pandemi COVID-19. Permintaan hingga 0 persen selama sebulan. Padahal pada hari normal, dalam sebulan selalu ada penjualan. Minimal 10 ekor sapi.

"Mungkin karena tidak ada hajatan kan, jadi nggak ada yang pesan sapi. Padahal biasanya kalau hajatan, minimal itu pasti butuh dua ekor," ujarnya. Ia tinggal berharap pada perayaan Iduladha bulan depan. (krv/yos)

Tags :
Kategori :

Terkait