Luka Lama

Rabu 03-06-2020,07:24 WIB
Reporter : Disway Kaltim Group
Editor : Disway Kaltim Group

Tapi itu hanya pemicu. Akarnya sangat dalam: hubungan antar-ras.

Karena itu salah satu sasaran demo tersebut adalah patung. Di Amerika --di beberapa tempat-- masih berdiri patung tokoh konfederasi.

Patung itulah yang kini jadi sasaran. Ada yang dirobohkan ramai-ramai. Atau dicoreti kata-kata kotor.

Itulah patung yang dibangun untuk mengobati kekecewaan lama: gagalnya usaha 13 negara bagian di Selatan untuk merdeka dari Amerika Serikat. 

Wilayah-wilayah Selatan itu mengizinkan perbudakan. Orang kulit putih jadi juragan, orang kulit hitam jadi budak. Perbudakan itu dihapus oleh Presiden Abraham Lincoln --dari wilayah utara. 

Orang Selatan itu bersatu mendirikan negara Konfederasi Amerika. Negara baru itu punya bendera sendiri --yang masih sering dikibarkan di acara-acara kampanye besar Donald Trump.

Abraham Lincoln mengerahkan pasukan untuk memerangi separatis itu. Terjadilah perang sipil. Selama empat tahun: 1861-1865.

Selatan kalah. Amerika Serikat kembali utuh --di permukaan.

Naiknya Barack Obama --kulit hitam-- sebagai Presiden Amerika sangat mengecewakan pemuja kulit putih.

Ucapan-ucapan Donald Trump selama ini sering dinilai membela supremasi kulit putih.

Itu mengingatkan luka lama. 

Padahal --seperti dalam buku ”Patahan Garis Politik”-nya Randu Alamsyah-- ”luka lama itu perlu diingat hanya untuk merasakan pedihnya”.(Dahlan Iskan)

sumber: disway.id

Tags :
Kategori :

Terkait