Toba Grup dan Indofood Ikuti Jejak Bakrie

Selasa 02-06-2020,11:05 WIB
Reporter : Yoyok Setiyono
Editor : Yoyok Setiyono

Sangatta, DiswayKaltim.com - Rencana Grup Bakrie membangun kawasan industri kimia Batuta Chemical Industrial Park di Bengalon Kutai Timur turut memicu investor lain.  Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMD-PTSP) Kutai Timur, Saipul Ahmad mengatakan, sedikitnya sepuluh investor tertarik membenamkan modalnya di daerah itu. Termasuk grup usaha milik Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, Toba Bara.

Saipul Ahmad mencatat korporasi yang mulai menimbang untuk investasi antara lain PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSN Group), PT Gunta Samba Group, PT Anugerah Lestari, Indofood Group, PT Toba Group. Ada juga PT Barokah yang bergerak di bidang pencampuran biodisel dari bahan baku sawit.

Sebagai catatan, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) akan memperkuat penghiliran industri di KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan.  “Perkembangan KEK MBTK ini telah sampai pada tahap konsolidasi untuk memperkuat, menyatukan, memperteguh hubungan, persatuan, dan kelompok,” kata Saipul Ahmad.

Penyusunan peta jalan atau roadmap penghiliran industri, yang merangkum rencana hilirisasi secara sistematis proses nilai tambah produk industri mulai dari hulu hingga ke hilir menjadi target utama Presiden RI Joko Widodo.

KEK MBTK ditargetkan mampu menarik investasi Rp 37,71 triliun dan menyerap 55.700 tenaga kerja. Kawasan ini juga diproyeksikan menambah nilai produk domestik regional bruto (PDRB) Kutim sebesar Rp 4,67 triliun pada 2025.

Lebih jauh Saipul Ahmad memaparkan penghiliran di bidang kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) dari tahun ke tahun selalu menjadi penyumbang devisa terbesar di Indonesia. Selain itu alasan utama dipilihnya kawasan Maloy tersebut karena memiliki letak geografis yang berhadapan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II atau Selat Makassar lokasi itu dianggap strategis.

Jika dari sudut utara ke selatan, KEK Maloy tepat di pusat Kalimantan, Pulau Jawa, Sulawesi, Filipina, bahkan Laut Tiongkok Selatan, yang sangat mudah di jangkau dari pelabuhan berkelas internasional ini. Pelabuhan KEK MBTK ini memiliki kedalaman 18 sampai 22 meter dari pinggir atas daratan ujung kapal berlabuh ke arah laut sampai ujung buritan kapal berlabuh pada saat air surut.

"Kalau kita telisik CPO ini menjadi penyumbang terbesar di Indonesia setiap tahunnya inilah yang menjadi target kita menarik investor besar untuk mengembangkan kawasan ini, peluang terbuka besar bagi pelaku usaha. Saat ini sudah ada tiga gedung yang berdiri di sana Kantor Kawasan Administrator, Gedung Damkar dan Gedung Badan Pengelola," paparnya.

Terkait kendala lahan, saat ini KEK MBTK Sudah tidak mengalami permasalah itu dari luasan area 509,34 hektare sekira 400 hektare lahan sudah siap di gunakan untuk industri. Kelengkapan lainnya pun sudah nampak dari PLN, jaringan SPAM air bersih, dan internet sudah di sediakan.

Air baku dari mata air tersebut dipompa menuju IPA di KEK Maloy melalui pipa transmisi air baku diameter 500 mm sejauh 28 KM. Air baku diolah terlebih dahulu di IPA selanjutnya sebagian ditransfer menuju reservoir booster dan di alirkan dengan kapasitas 200 liter perdetik yang di kerjakan oleh dinas PUPR Kaltim.

Penyelesaian pelabuhan internasional itu di perkirakan menelan biaya sebesar Rp 700 miliar dari sumber pembiayaan dengan sharing APBD, APBN, dan BUMN. Nantinya dengan rampungnya pelabuhan internasional sangat di harapkan menumbuhkan kawasan industri bergantung dan berkesinambungan dan membawa dampak positif bagi daerah.

"Akan banyak keuntungan bagi Kutim jika KEK MBTK ini berjalan terutama akan menyerap tenaga kerja lokal dan untuk keuntungan lainnya 55 persen untuk pemprov melalui Perusda PT. MBS dan 45  persen melalui Perusda Kutim. Itulah contoh positif dari di bangunnya pelabuhan bertaraf internasional ini," tukasnya.

Analis Kawasan Industri Bidang Industri Disperindagkop Kaltim,  Binsar Simangunsong mengatakan akan mengundang calon investor yang potensial untuk masuk ke KEK MBTK. Ia juga menyatakan bahwa pada tahun 2019 Kalimantan sudah menyumbangkan 15 juta ton produk CPO termasuk Kaltim 3,1 juta ton pertahun.

"Kami menargetkan tahun ini akan sudah ada investor yang masuk, Administratur dan Pemkab Kutim sudah sangat maksimal progresnya pun cepat dan merubah paradigma kerja sendiri-sendiri. Kinerja Kutim sangat luar biasa," ujarnya.

Grup Bakrie melalui Bakrie Capital Indonesia menyepakati kerja sama dengan Ithaca Resources dan Air Products and Chemicals Inc. membangun kawasan industri kimia bernama PT Batuta Chemical Industrial Park.

Tags :
Kategori :

Terkait