Retail Kurangi Stok karena Daya Beli Masyarakat Anjlok

Jumat 08-05-2020,14:42 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Produktivitas masyarakat yang menurun akibat pandemi berdampak langsung pada daya beli yang perlahan menurun. Hal ini terjadi baik di pasar tradisional maupun retail. Pedagang dan peritel harus menyesuaikan sejumlah stok pangan dan kebutuhan lainnya. (Dian Adi/Disway Kaltim) Balikpapan, DiswayKaltim.com – Turunnya daya beli masyakarat akibat pandemi COVID-19 bukan hanya terjadi di pasar rakyat. Melainkan juga berdampak pada retail modern. Retail modern Maxi Raya misalnya. Permintaan dari supermarket yang sudah eksis sejak belasan tahun ini mengaku permintaan menurun dibanding periode yang sama tahun lalu. “Memang penjualan sabun cuci tangan dan cairan disinfektan naik. Tapi tidak mendorong penjualan kami,” kata Owner CV Maxi Raya, Sonny Yuwono, Kamis (7/5/2020) kepada Disway Kaltim di Balikpapan. Melihat kondisi saat ini, tahun ini retail memperkirakan tidak ada momen peak season. Utamanya di Ramadan dan Lebaran kali ini. “Masyarakat juga wait and see dalam mengeluarkan uangnya,” ujar Sonny. Merespons turunnya permintaan tersebut, maka retail mengimbangi dengan mengurangi stok. Pengurangan terjadi hingga 60 persen untuk barang-barang kebutuhan semasa Ramadan dan Lebaran. Seperti, makanan dan minuman kaleng. Dengan adanya kebijakan pemerintah melarang aktivitas di luar rumah. Maka secara otomatis permintaan untuk Ramadan dan lebaran akan berdampak. “Biasanya permintaan Ramadan naik hingga 70 persen. Ini tanda-tanda juga belum terlihat,” kata dia. Sony menilai, pandemi COVID-19 ini membuat sektor ekonomi melemah. Karyawan banyak yang terkena PHK, dirumahkan tanpa digaji. Kalau demikian, mereka tidak bisa belanja atau membeli kebutuhan hidup. “Kan yang terdampak cukup banyak. Kita jual percuma nggak ada yang beli. Ya, yang memiliki kelebihan harta masih bisa bertahan,” tukasnya. Ia berharap kondisi saat ini dapat segera berakhir. Dan perekonomian kembali bergerak dan daya beli masyarakat kembali normal. “Kami berharap kondisi ini segera membaik,” imbuh Sony. Turunnya permintaan itu juga dikatakan Kepala Dinas Perdagangan Arzaedi Rachman Balikpapan. Menurutnya, daya beli masyarakat Kota Balikpapan turun drastis hingga 50 persen. “Misal konsumsi ayam turun sampai 50 persen. Itu baru satu contoh saja,” tandasnya. Dia mengatakan konsumsi ayam di Balikpapan secara keseluruhan sebanyak 43 ribu ekor per hari. Namun kini permintaan hanya 20 ribu ekor per hari. “Turunnya permintaan juga membuat harga tak ada gejolak. Memang sebelumnya sempat naik tapi sekarang normal,” kata Arzaedi Rachman. Sementara itu, dari pantauan Badan Pusat Statistik Balikpapan kelompok Perlengkapan, Peralatan, dan Pemeliharaan Rutin Rumah Tangga menyumbang inflasi sebesar 0,04% (mtm) pada April 2020. Itu dipicu oleh kenaikan harga beberapa komoditas peralatan rumah tangga seperti pemutih, pengharum cucian, sabun detergen dan pelicin/pewangi pakaian seiring dengan peningkatan permintaan terhadap komoditas tersebut. (fey/eny)

Tags :
Kategori :

Terkait