Harga Tandan Buah Segar Sawit Rp 1.600 Per Kilogram 

Selasa 28-04-2020,12:55 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Kepala Dinas Perkebunan Kaltim Ujang Rachmad. (Dian Adi/Disway Kaltim) Industri Kelapa Sawit Kaltim Tetap Beroperasi di Tengah Pandemi Samarinda, DiswayKaltim.com - Kelapa sawit menjadi salah satu komoditas unggulan di Kaltim setelah batu bara dan migas. Produktivitas perkebunan kelapa sawit dan crude palm oil (CPO) di Kaltim pun cukup besar. Sehingga, meski di tengah kondisi pandemi COVID-19, industri kelapa sawit tetap beroperasi normal. Hal itu disampaikan Kepala Dinas Perkebunan Kaltim Ujang Rachmad, di Samarinda, Kalimantan Timur. "89 pabrik CPO di Kaltim tetap beroperasi normal. Sesuai imbauan gubernur juga, untuk tidak menghentikan operasional industri ini," kata Ujang, kepada Disway Kaltim, di Samarinda, Kalimantan Timur, Senin (25/4/2020). Hal itu dilakukan agar Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dari perkebunan rakyat tetap terserap optimal. Mengingat kontribusi TBS dari kebun plasma yang cukup besar. Pada 2019 tercatat, dari 18,4 juta ton produksi TBS, 6,32 juta ton atau sekitar 34,27 persen berasal dari kebun plasma. Sehingga, operasional pabrik harus terus dilakukan untuk mengolah komoditas ini. Ujang pun mengatakan, pandemi COVID-19 tidak terlalu berdampak signifikan pada produktivitas kelapa sawit. Karena secara umum, produktivitas kelapa sawit lebih banyak dipengaruhi oleh iklim cuaca. "Januari sampai April ini, belum terdata. Jadi, belum ada update angka pasti," ungkapnya. Namun, dengan adanya wabah COVID-19 tentu akan berpengaruh pada operasional pabrik. Terutama terhadap mekanisme kinerja karyawan. Ujang pun menegaskan pihaknya telah memberikan imbauan kepada seluruh perusahaan perkebunan di Kaltim untuk memberlakukan protokol pencegahan COVID-19. Seperti penyemprotan disinfektan, pengukuran suhu tubuh, mencuci tangan menggunakan sabun. Serta kewajiban menggunakan masker bagi seluruh karyawan perusahaan. "Kita berusaha menempatkan SDM sebagai aset utama. Sehingga perusahaan perkebunan, harus menyiapkan protokol kesehatan," tegasnya. Keputusan untuk tetap menjalankan industri di tengah pandemi virus corona, dirasakan Ujang sebagai keputusan dilematis. Mengingat risiko penyebaran virus yang cukup masif. Sementara, industri harus tetap berproduksi. Mengingat kelapa sawit merupakan industri esensial sebagai bahan baku berbagai produk kebutuhan pokok. Mulai dari kebutuhan pangan, kesehatan, dan energi. "Jangan sampai ada pabrik CPO setop. Karena industri ini adalah pemasok bahan baku produk-produk primer. Mulai dari minyak goreng sampai biodiesel," terangnya. Selain itu, lanjut dia, serapan tenaga kerja dari sektor perkebunan sawit mencapai 300 ribu orang. Jika industri ini di setop, tentu akan berdampak secara sosial ekonomi kepada masyarakat. Sementara terkait distribusi dan ekspor CPO, sebut Ujang, sejauh ini masih relatif lancar. Karena CPO bukan komoditas yang dibatasi. Walau pun memang, terjadi penurunan harga CPO di pasar internasional. "CPO terdampak pada harga. Sama seperti komoditas batu bara, sangat dipengaruhi oleh supply and demand. Satu bulan terakhir harga sedang turun," ungkapnya. Sehingga hal ini berpengaruh pada harga beli TBS dari petani. Karena harga TBS ditentukan oleh komponen harga ekspor. Per 31 Maret 2020 harga TBS kelapa sawit maksimal Rp 1.600 per kilo gram. Padahal sebulan sebelumnya, yakni pada Februari 2020, harga TBS senilai Rp 1.800 per kilogram. (krv/eny)

Tags :
Kategori :

Terkait