Jasa Pelabuhan Melambat, Astra Infra Port – Eastkal Catatkan Penurunan Aktivitas 70 Persen 

Rabu 22-04-2020,13:14 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Eastkal Port menyediakan layanan untuk semua sektor industri yang dapat dikembangkan menjadi kerja sama strategis jangka panjang. Salah satunya adalah offshore logistic base bagi perusahaan migas. (Eastkal Port) BALIKPAPAN, DISWAYKALTIM.COM - Sektor jasa pelabuhan menerima dua tantangan berat sekaligus. Pandemi COVID-19 dan anjloknya harga minyak dunia.Komponen penggerak ekonomi begitu terpukul dengan kondisi saat ini. Sektor-sektor bisnis dan industri dalam posisi sulit. Setelah pada awalnya sektor pariwisata, penerbangan, perhotelan, retail dan restoran yang telah terpukul. Kini menyusul sektor jasa pelabuhan, yang tak luput dari gulungan gelombang wabah virus yang belum dapat diprediksi kapan berakhir. Salah satu bisnis jasa pelabuhan yang telah merasakan imbas itu ialah pelabuhan Astra Infra Port - Eastkal, yang beroperasi di Kawasan Industri Buluminung (KIB), Penajam Paser Utara. Beban yang lebih berat dirasakan Eastkal, sebab permasalahan COVID-19 diperparah dengan anjloknya harga minyak dunia. Hal yang memaksa mitra pengguna jasa pelabuhan, yang bergerak di bidang eksplorasi minyak dan gas bumi, berhenti atau mengurangi operasional di logistic base-nya di pelabuhan tersebut. Kompleksitas permasalahan itu dijabarkan Direktur PT Pelabuhan Penajam Banua Taka atau Eastkal Port, Wisnu Prabakti, Senin (20/4) lalu kepada Disway Kaltim. "Benar bahwa kondisi harga minyak dunia yang turun signifikan ditambah adanya kejadian pandemi covid ini, berimpact pada penurunan aktivitas industri migas, sehingga juga imbasnya kepada kegiatan logistic base di Eastkal Port," urai Wisnu. Saat ini, kata dia, mitra yang sudah melakukan penghentian aktivitas pengeboran adalah ENI Indonesia. Yaitu, proyek pengeboran laut dalam di Lapangan Merakes -East Sepinggan. ENI menggunakan Eastkal Port sebagai logistic base. "Sedangkan PHM (Pertamina Hulu Mahakam) masih melakukan evaluasi untuk menentukan langkah efisiensi dari aktivitas perusahaan tersebut," jelasnya. Wisnu mengungkapkan, dampaknya terhadap Estkal Port ialah penurunan aktivitas sekitar 70 persen dari kondisi normal. "Hal ini berkolerasi lurus terhadap penurunan pendapatan perseroan," tuturnya. Meski demikin, lanjut Wisnu, hal itu tidak berakibat pada pengurangan tenaga kerja. Untuk tenaga kerja pada bagian operasional, Wisnu bilang, masih berfungsi semua. Walaupun ada penurunan kinerja perusahaan. Ia menegaskan, bahwa pelabuhan masih beroperasi 24 jam, sehingga fungsi ketenagakerjaan tidak berkurang. Meskipun, kata dia lagi, efisiensi tetap dilakukan. Yaitu mengevaluasi aktivitas operasional. "Perusahaan tidak mungkin me-remove, jadi sejauh ini kebijakannya hanya menjaga personal operasional yang sama. Tapi belum melakukan pengurangan tenaga kerja, atau pun hal lainnya," beber Wisnu. Untuk mendukung langkahnya, Eastkal turut memberlakukan protokol kesehatan. Mengacu pada prosedur kesehatan dari departemen kesehatan. "Disamping itu juga ada tambahan dari Dirjen Perhubungan Laut lewat petugas kesehatannya yang melakukan pengawasan terhadap kapal-kapal yang datang," ujarnya. Sementara itu, Wisnu menyampaikan, perusahaan yang dipimpinnya juga memberlakukan work from home (WFH) bagi tenaga kerja pendukung, seperti bagian finansial dan administrasi umum. "Karena memang, kami juga harus mendukung bagaimana caranya, seminimal mungkin orang beraktivitas di luar," tambah pria berkaca mata itu. Saat disinggung mengenai insentif pemerintah untuk sektor jasa pelabuhan, Wisnu mengaku belum memperoleh informasi itu. "Kalau insentif untuk industri kepelabuhanan sepertinya belum diterapkan. Karena kan pemerintah sepertinya fokusnya masih ke industri manufaktur dan UMKM. Kalau untuk industri kepelabuhanan saya belum mendengar hal itu," jelasnya. Persoalan yang dihadapi kini dipastikan juga mengganggu proyeksi bisnis jasa pelabuhan ke depan. Dimana permasalahan utama yang dihadapi pelabuhan berizin BUP (Badan Usaha Pelabuhan) atau pelabuhan umum itu, berasal dari luar kendali perusahaan. Situasi bisnis jasa pelabuhan, menurut Wisnu, juga terdampak langsung paceklik ekonomi akibat COVID-19. Sementara penurunan tajam harga minyak dunia, menyebabkan berkurangnya aktivitas perusahaan migas di sektor hulu, yang menjadi target pasar pengguna jasa Eastkal. Dua hal itu menurutnya yang mengganggu proyeksi perusahaan ke depan. Ia kembali memastikan, bahwa sudah menerima notifikasi dari ENI Indonesia, untuk penyetopan sementara aktivitas. Menyusul pemberhentian sementara proyek pengeboran kontraktor migas asal Italia itu. "Saat ini, kami sebagai jasa pelabuhan, tetap berupaya men-support apa yang menjadi keputusan perusahaan pengguna jasa," imbuhnya. Terkait dengan apakah akan ada upaya memberikan penawaran kepada pihak atau sektor bisnis lain untuk menggunakan jasa pelabuhan. Wisnu mengatakan, hal itu akan sulit melihat situasi dunia bisnis saat ini. "Dalam kondisi ini, hampir semua proyek terdampak dan dipending sementara. Karena memang secara makro aktivitas bisnis benar-benar slow down," pungkas Wisnu Prabakti. Sekadar diketahui, Astra Infra Port - Eastkal terletak di wilayah Selat Makasar, Kalimantan Timur. Eastkal berfungsi sebagai shore base untuk industri minyak dan gas, industri pertambangan, dan grup bisnis Astra. Meliputi lahan seluas 95 hektare dengan 1 km tepi laut di lokasi yang terlindung di Teluk Balikpapan. Eastkal juga menawarkan fasilitas pergudangan, lahan terbuka, bengkel perbaikan dan assembly. Jetty Eastkal dapat menampung kapal hingga 10.000 DWT dan terletak strategis dekat dengan jalur pelayaran internasional serta pedalaman Kalimantan Timur. (das/eny)

Tags :
Kategori :

Terkait