Pasang Surut Rumput Laut, Kaltim Perlu Bangun Industri Pengolahan 

Selasa 21-04-2020,11:43 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Proses pengeringan rumput laut dalam cuaca panas membutuhkan waktu 5-6 hari. (ist) Samarinda, DiswayKaltim.com – Pasar rumput laut memiliki pospek yang bagus. Permintaan dalam dan luar negeri terhadap produk sumber daya laut ini cukup tinggi. Walau pun untuk sementara ini ikut terdampak akibat COVID-19. Samuel Kurniawan Ang, sudah memulai bisnis rumput laut sejak 2016. Dengan membeli rumput laut dari para petani dan pengepul. Per bulan ia bisa mengumpulkan hingga 20 ton rumput laut untuk didistribusikan ke berbagai daerah. Bahkan kini, ia sudah mengekspor komoditi hasil laut ini hingga ke Korea Selatan (Korsel). Adanya pelayaran internasional langsung (direct call) sangat membantu Samuel sebagai eksportir lokal. Dengan adanya jalur ekspor langsung dari Kaltim Kariangau Terminal (KKT) ini, dapat mendorong para pengusaha Kaltim untuk melebarkan pangsa pasar komoditas dagangannya. "Saya pribadi, baru pertama kali ekspor langsung ke Korea. Ikut kapal yang 30 Maret kemarin," ujar Samuel kepada Disway Kaltim, Minggu (19/4). Ia mengirim rumput laut dalam 1 kontainer berukuran 20 feet. Dengan kapasitas 11,5 ton rumput laut (seaweed) jenis Eucheuma Cottonii atau  rumput laut merah. Rumput laut jenis ini biasanya diolah menjadi penganan, bahan dasar mi dan tepung karagenan. Serta digunakan dalam produk farmasi dan kosmetik. Owner CV Multi Sarana Jaya ini menyebut, banyak membeli rumput laut dari petani dan pengepul di Bontang dan Tarakan. Karena memang, rumput laut jenis Eucheuma Cottonii banyak tumbuh di dua daerah tersebut. Sementara rumput laut jenis Gracilaria yang bisa tumbuh di perairan tawar, bisa ditemukan di daerah Handil, Samboja. "Tapi kami lebih banyak memang mengambil yang jenis Cottonii saja," katanya. Samuel membeli rumput laut dari petani dengan harga Rp 10 ribu hingga Rp 11 ribu per kilo gram. Tergantung harga jual di pasaran. Jika harga sedang bagus, ia  bisa memberikan harga lebih tinggi kepada petani. "Harga pasang surut. Kalau permintaan banyak, harga bisa tinggi," terangnya. Sebelum melakukan ekspor, Samuel biasa mengirim produk rumput lautnya ke berbagai daerah. Mulai dari Surabaya, Jakarta, hingga Makassar. Baik ke pabrik olahan mau pun ke eksportir lokal untuk dikirim ke pasar luar negeri. Produk rumput laut dagangannya, juga bersaing dengan produk rumput laut dari Bali, NTT dan Sulawesi. Samuel biasa membeli rumput laut dengan kondisi kering dari petani dengan kadar air 36 hingga 39 persen. Semakin kering, semakin bagus harganya. Proses pengeringan biasanya menghabiskan waktu 5 hingga 6 hari dalam cuaca panas. Namun jika cuaca mendung, proses pengeringan bisa mencapai 2 minggu. Samuel pun berharap, ke depan komoditi rumput laut bisa diserap maksimal di dalam daerah. Dengan mendirikan industri pengolahan di Kaltim. Agar rumput laut, bisa diproduksi sebagai barang jadi atau minimal setengah jadi. Agar harga lebih stabil dan nilai jual yang lebih tinggi. "Raw material sulit dijual. Karena Eropa dan AS tidak terima barang mentah," ujarnya. Ia pun berharap, pemerintah bisa berperan  untuk menciptakan industri olahan rumput laut. Dengan memberikan pelatihan atau bimbingan teknis terkait industri ini. "Semoga ada dukungan pemerintah terkait prospek industri ini. Agar lebih terbuka pangsa pasarnya. Dan dapat membantu petani rumput laut supaya harga jual mereka lebih meningkat," pungkasnya. (krv/eny)

Tags :
Kategori :

Terkait