Minim Penerbangan, Ekspor Kepiting Masih Sulit

Jumat 17-04-2020,20:05 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Jumlah penerbangan domestik mengalami penurunan drastis, hal itu berdampak pada tersendatnya pengiriman barang melalui kargo. Termasuk salah satunya ekspor kepiting dari Balikpapan ke Tiongkok melalui Jakarta. (Darul Asmawan/Disway Kaltim) Balikpapan, DiswayKaltim.com - Tiongkok dikabarkan telah kembali membuka pintu ekspor kepiting dari Indonesia. Kendati hal itu belum bisa membuat pengusaha kepiting ekspor di Balikpapan bernafas lega. Pasalnya, aktivitas pengiriman barang hidup itu masih terkendala dengan berkurangnya penerbangan. Informasi itu diperoleh dari Sekjen Asosiasi Pengusaha Kepiting Balikpapan (ASKIB) Yudi Windarto. Ia mengatakan, pengiriman ke Jakarta sebagai lokasi transit barang sebelum diekspor, sudah diperbolehkan sejak akhir Maret lalu. Sedangkan untuk pembukaan keran ekspor sudah bisa dilakukan mulai 16 April sampai dengan 31 Juli 2020. Namun kapasitasnya masih sangat terbatas. Berhubung kemampuan kargo untuk membawa barang juga terbatas. Kendala itu dijelaskannya karena minimnya penerbangan dari Balikpapan ke Jakarta. "Ya, mulai jalan, tapi sangat terbatas, karena penerbangan sekarang berkurang," ujarnya kepada Disway Kaltim, Kamis (16/4). Yudi tidak merinci, berapa angka pasti jumlah kepiting yang dapat dikirim oleh setiap anggota asosiasi pengusaha kepiting itu per harinya. Ia menyebut belum mengumpulkan data itu. "Untuk lengkapnya bisa tanyakan ke kargo di bandara," ucapnya. Sementara itu, saat dikonfirmasi, staf administrasi kargo PT Suryagita Nusaraya Ningsih membenarkan kondisi kesulitan pengiriman barang ekspor itu. Ningsih mengatakan, jumlah penerbangan menurun drastis. Dari sebelumnya satu maskapai bisa lima hingga enam kali penerbangan tujuan Jakarta. Sejak wabah pandemi corona hanya tersisa satu penerbangan untuk tujuan yang sama. Sementara Itu, kata dia, tidak semua maskapai mau membawa barang hidup. "Saat ini, hanya maskapai Garuda Indonesia yang bersedia (membawa kepiting, red)," tuturnya. Lanjut Ningsih, masalah lainnya adalah jadwal yang tidak menentu. Rata-rata dalam sehari hanya terdapat satu penerbangan. Bahkan kadang penerbangan itu pun ditunda dan ada yang sampai harus dibatalkan. "Dari pihak maskapai juga tidak bisa membuat kepastian. Schedule-nya berubah-ubah," kata dia. Apalagi, kapasitas yang diberikan maskapai untuk barang juga dibatasi, tergantung dari jumlah penumpang dan bagasinya. Dia menyebut, slot untuk barang mengikuti jumlah penumpang dan bagasinya. Artinya, apabila jumlah penumpang kurang, maka akan dipenuhi dengan barang kargo. Tetapi tetap ada batas yang ditetapkan pihak maskapai dan mengikuti regulasi yang mengatur hal itu. "Untuk barang, slot yang diberikan hanya lima ton dalam satu penerbangan, yang mencakup semua jenis barang," jelas Ningsih. Sedangkan untuk pengiriman kepiting atau barang hidup, sambung dia, juga memerlukan prosedur khusus dan tidak bisa menunggu terlalu lama. Maka, meskipun segala persyaratan sudah terpenuhi, pihaknya masih harus memastikan penerbangan terlebih dahulu. Untuk itu, ia menyiasati dengan meminta kepastian penerbangan sehari sebelum jadwal. Untuk kemudian pihaknya menginformasikan kepada para pengusaha kepiting. Dan mengatur jumlah barang yang mampu diakomodasi. "Karena yang barang hidup, yang tidak bisa menunggu lama. Jadi kami menunggu informasi dari airline dulu, untuk kepastian jadwal, baru kemudian dipastikan juga kepada pengirim," terang Ningsih. (das/eny)

Tags :
Kategori :

Terkait