Ilustrasi Masjid Raja Abdullah I di Yordania. (Istimewa) Amman, Diswaykaltim.com - Virus corona masih mengancam sebagian besar negara di dunia. Termasuk negara-negara di Timur Tengah. Salah satunya Yordania. Karena itu, pemerintah menempuh berbagai upaya untuk memerangi pandemi tersebut. Pemerintah Yordania mengatakan, ibadah di masjid selama bulan suci Ramadan akan dilarang sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk mencegah penyebaran COVID-19. Menteri Waqaf dan Agama Islam Yordania Mohammad Khalaileh menyebutkan, masjid-masjid akan tetap ditutup bagi masyarakat selama bulan puasa. Penutupan dimulai pekan depan. Menteri Negara Urusan Media Yordania Amjad Adaileh juga menyatakan bahwa jam malam selama 48 jam penuh akan diberlakukan mulai Kamis (16/4) malam. Menurutnya, pemerintah akan meluncurkan program untuk memberikan bantuan uang tunai bagi 200.000 pekerja pekan ini. Pada Selasa lalu, Yordania melaporkan enam kasus baru COVID-19. Total menjadi 391 kasus. Termasuk tujuh korban meninggal. Sebelumnya, Yordania melonggarkan aturan lockdown akibat COVID-19 yang disebut sebagai salah satu karantina yang terketat di dunia, pada 25 Maret. Upaya itu diambil setelah lockdown memicu kekacauan di negara itu. Beberapa hari setelah jam malam total diberlakukan, orang-orang berteriak-teriak menerima distribusi roti dari truk-truk pemerintah. Jaringan hotline darurat offline penuh dengan panggilan telepon melaporkan mereka tidak punya apa-apa di rumah untuk makan. Tetapi pada 24 Maret, pemerintah akhirnya melunak. Melonggarkan pembatasan pergerakan. Setelah empat hari total lockdown, orang-orang kini diizinkan meninggalkan rumah dengan berjalan kaki untuk perjalanan penting. Seperti membeli makanan dari toko-toko kecil dan membeli obat-obatan. Kendati demikian, jam malam saat pandemi COVID-19 masih diberlakukan mulai jam 18.00 sore sampai 10.00 pagi. “Ada tanggapan penuh kegembiraan ketika Perdana Menteri mengumumkan bahwa toko kelontong kecil akan dibuka dan Anda dapat berjalan ke sana,” kata Wakil Direktur Human Rights Watch Divisi Timur Tengah dan Afrika Utara yang berbasis di Amman, Adam Coogle. General Security Department atau dikenal Departemen Keamanan Umum Yordania mengatakan, 1.657 orang ditangkap pada 23 Maret. Karena melanggar total jam malam diberlakukan pada 21 Maret pagi. Pelanggar terancam hukuman satu tahun penjara. Pemerintah memperingatkan, pihak berwenang akan kembali mengambil tindakan keras di hari-hari mendatang akibat pandemi COVID-19. “Ini adalah peningkatan jumlah orang yang terinfeksi dan indikasi yang tidak nyaman menjadi pertanda untuk pengerasan (tindakan),” kata Menteri Negara Urusan Media Yordania Amjad Adayleh. Suara sirene meraung di udara pukul 07.00 pagi pada 21 Maret 2020. Mengumumkan larangan total pergerakan. Alias lockdown total. Sehari setelahnya, pemerintah mengumumkan jam malam akan diperpanjang tanpa batas waktu. Hal itu memicu kepanikan di negara itu. “Orang-orang menjadi khawatir. Ketidakjelasan dan pesan yang campur aduk menyebabkan beberapa orang khawatir. Pemerintah belum mengumumkan bagaimana mereka akan menangani kebutuhan dasar,” ungkap Adam. Video di media sosial menunjukkan kerumunan orang di sekitar truk makanan pemerintah, setelah pihak berwenang mencoba memonopoli pengiriman makanan. Apotek menerima rentetan panggilan telepon yang meminta pengiriman. Tingkat keparahan peraturan jam malam sebelumnya sangat kontras dengan negara-negara seperti Italia, yang telah menerapkan pembatasan selama berminggu-minggu. Tetapi masih memungkinkan warga untuk ke toko jika mereka dapat membuktikan alasan. Kerasnya aturan lockdown Yordania sangat mencolok. Mengingat jumlah kasus yang relatif rendah. “Terkurung terasa seperti selalu gelisah. Karena kita terbiasa pergi keluar dan melihat orang. Semangat kami agak turun. Tetapi kami harus menyesuaikan diri sampai situasinya membaik,” kata Hassan Karim, seorang karyawan toko pakaian. Yordania bertindak cepat untuk membatasi penyebaran virus corona baru. Mulai mengunci negara dalam beberapa hari setelah mengonfirmasi kasus pertama COVID-19. Perbatasan bahkan ditutup. Sementara bandara, universitas, dan tempat ibadah semuanya ditutup. Orang-orang yang tiba dari penerbangan ditempatkan langsung ke karantina. Kadang-kadang di hotel bintang lima yang diambil alih oleh pemerintah. Pintu masuk ke kota-kota dipatroli oleh militer. Tetapi seruan agar penduduk tetap tinggal di dalam rumah ternoda oleh beberapa orang. Sehingga tanggapannya meningkat tajam ketika Undang-Undang Pertahanan diaktifkan oleh Perdana Menteri, Omar Razzaz, dengan dekret kerajaan. Raja Abdullah II meminta pasukan keamanan untuk menjaga kesiapan maksimum dalam menghadapi ancaman COVID-19. Pengumuman jam malam total memicu kemacetan besar-besaran ketika ribuan orang pergi ke supermarket lokal untuk membeli makanan dan kebutuhan lainnya. Video-video beredar tentang ratusan orang yang saling dorong di toko roti. Di mana perkelahian juga terjadi. “Kami meminta maaf karena mengambil keputusan seperti itu. Tetapi tujuan ini adalah untuk melindungi Anda dan menjaga keselamatan serta kesehatan Anda,” kata Menteri Adaileh. Sehari setelah lockdown total, Adam membutuhkan obat untuk mengobati kondisi kesehatannya. Ia tidak dapat menjangkau apotek mana pun. Keluarganya berulang kali mencoba menelepon 911. Tetapi telepon tidak pernah terangkat. Otoritas Yordania berdalih bahwa saluran darurat menerima ribuan panggilan dalam sehari. “Ada risiko medis jika (kondisi) tidak diobati tanpa batas waktu. Kami menjadi sangat khawatir ketika mendengar berita bahwa jam malam akan diperpanjang tanpa batas waktu,” jelas Adam. Setelah aturan pengiriman dari farmasi dilonggarkan, keluarga tersebut dapat membeli obat. Adam memeriksa pramu tamu di gedungnya. Ia menemukan pekerja Mesir kehabisan makanan untuk dimakan selama lockdown. Keluarga yang sempat menyetok makanan setelah pengumuman jam malam pada 20 Maret adalah beberapa dari warga yang beruntung. “Saya memuji pemerintah karena mengambil langkah-langkah yang sangat kuat untuk mengendalikan ini. Mereka akan menstabilkan (penyebaran) karena apa yang telah mereka lakukan,” ujarnya. Tetapi pada saat yang sama, ketika mereka memperkenalkan kepanikan soal penyediaan kebutuhan dasar, ia berharap pemerintah memberikan penjelasan. “Tanggapan pemerintah mendapat dukungan rakyat. Pukul 20.00 malam setiap malam pada pekan ini, beberapa orang Yordania ke balkon untuk menyampaikan pujian terhadap pasukan keamanan yang bertugas,” jelasnya. Sementara itu, pemerintah telah berjanji untuk memodifikasi upayanya. “Tidak ada solusi sempurna selama masa sulit ini. Jadi wajar jika akan ada kesalahan dan pelanggaran dan kami akan menyelesaikannya,” kata Menteri Adaileh. (ant/lpt/qn)
Yordania Larang Umat Islam Ibadah di Masjid selama Ramadan
Kamis 16-04-2020,08:57 WIB
Editor : bayong
Kategori :