Penjualan Produk Herbal Meningkat

Rabu 08-04-2020,13:10 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Hery Romadan (kanan) bersama Kepala Dinas Perindustrian Samarinda, Muhammad Faisal. (Dian/ Disway) Samarinda, DiswayKaltim.com - Momen meningkatnya kesadaran akan menjaga kesehatan semenjak wabah corona membuat penjualan obat herbal meningkat. Masyarakat semakin sadar untuk menjaga kesehatan tubuh. Sehingga mulai aktif mencari suplemen apapun untuk meningkatkan imun. Peluang ini ditangkap Hery Romadan, owner Abihira Herba Center. Ia semakin masif memasarkan produknya. Obat herbal dipercaya dapat meningkatkan imunitas. Sebagai salah satu upaya melawan virus yang menyerang tubuh. "Virus Corona kan belum ada obatnya. Jadi upaya kita hanya berusaha untuk meningkatkan imunitas tubuh dengan mengonsumsi produk herbal," ujar Hery, kepada Disway Kaltim, Selasa (7/4). Ia biasa memasarkan produknya secara online. Melalui fan page Facebook, website, maupun aplikasi jualan online lainnya. Abihira Herba Center bukan pemain baru sebagai produsen minuman herbal. Usaha ini sudah berdiri sejak 2010. Dan kini sudah memiliki beberapa brand minuman herbal. Di antaranya Teh Celup Tahongai, Minuman Jahe Merah Sahira, suplemen ibu dan Anak Makids, dan Minuman Herbal Cantikafara. Teh Celup Tahongai sendiri, mengandung ekstrak daun tahongai dipercaya dapat memulihkan kesehatan dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Hery menyebut, di tengah pandemi COVID-19 ini, penjualan produknya meningkat 5 persen. Tidak signifikan memang. Tapi paling tidak, produktivitas usahanya tetap stabil. Di tengah kondisi ekonomi yang merosot. Ia masih bisa memproduksi 200 kotak produk Teh Celup Tahongai setiap bulan. Dengan harga jual Rp 200 ribu per kotak.  Dan 1.000 kotak produk Sahira dalam periode produksi per tiga bulan. Dengan harga jual Rp 50 ribu per kotak. Namun, Hery menyebut, permintaan produknya secara nasional cenderung menurun. Begitu pula pesanan dari luar negeri. Oleh karena itu, ia mengoptimalkan penjualan lokal. Dengan fasilitas pengantaran langsung ke rumah - rumah tanpa ongkos kirim. "Permintaan kurang mungkin karena kondisi ekonomi masyarakat secara finansial menurun. Dan informasi tentang corona sudah biasa sekarang. Tidak terlalu menakutkan seperti dulu," ujarnya. Belum lagi harga bahan baku yang juga mengalami kenaikan. Salah satunya adalah jahe. Dulu, harga jahe hanya Rp 25 ribu per kilo gram. Namun kini melonjak hingga Rp 80 ribu per kilo gramnya. Untungnya, kata Hery, ia sudah lebih dulu menyetok ketersediaan bahan baku produksinya. Sehingga dapat mengantisipasi harga yang melonjak tajam. Ia pun berusaha mengedukasi masyarakat akan pentingnya konsumsi produk herbal. Biasanya ia membagikan informasi di media sosial terkait riset bagaimana menjaga kekebalan tubuh. Ia juga berharap pemerintah daerah juga bisa lebih pro aktif memprovokasi masyarakat  untuk fokus menjaga kesehatan tubuh. Dengan memperkuat imunitas. Tidak hanya imbauan yang bersifat preventif. "Pendekatannya masih konvesional. Padahal yang terpenting adalah bagaimana masyarakat dapat memperkuat imunitasnya," tegasnya. (krv/eny)

Tags :
Kategori :

Terkait