Tiket Pesawat Murah Dorong Deflasi di Balikpapan

Kamis 02-04-2020,12:27 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Harga tiket pesawat yang turun akibat menurunnya jumlah penumpang memberi andil besar deflasi. Meski tertahan kenaikan pada kelompok makanan, minuman dan tembakau. (DOK Disway Kaltim) Balikpapan, DiswayKaltim.com – Penurunan harga tiket pesawat memberikan andil besar terhadap deflasi Balikpapan pada Maret 2020. Hal itu terjadi seiring dengan periode low season dan penurunan demand sebagai dampak pandemik COVID-19. Balikpapan pada Maret tercatat mengalami deflasi sebesar -0,15 persen (mtm). Angka ini tercatat lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar 0,44 persen (mtm). Secara tahunan, inflasi IHK Kota Balikpapan mencatatkan angka sebesar 1,88 persen (yoy). Lebih rendah dibandingkan inflasi Provinsi Kalimantan Timur 2,19 persen/yoy. Juga nasional sebesar 2,96 persen/yoy. Inflasi tersebut masih berada di bawah target inflasi 2020 yang sebesar 3,0%±1. “Berdasarkan kelompok pengeluaran, deflasi pada bulan laporan disebabkan oleh penurunan harga kelompok transportasi (andil -0,34%/mtm),” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan, Bimo Epyanto, Rabu (1/4). Namun demikian, laju deflasi lebih dalam tertahan oleh peningkatan harga kelompok makanan, minuman dan tembakau. Dengan andil 0,12 persen/mtm. Angka itu berasal dari peningkatan harga tomat, bawang bombai, ikan-ikanan dan gula pasir. “Peningkatan harga tomat disebabkan oleh gangguan cuaca yang memengaruhi produksi di daerah pemasok,” ujarnya. Sedangkan inflasi pada kelompok ikan disebabkan menurunnya aktivitas melaut nelayan disebabkan kondisi cuaca yang kurang kondusif dan pandemik COVID-19. Sementara berkurangnya pasokan turut memengaruhi kenaikan harga gula pasir pada Maret 2020. Selain makanan, kenaikan harga dari kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya (andil 0,07%/mtm) juga turut menahan laju deflasi. Inflasi pada kelompok tersebut disumbang terutama oleh kenaikan harga emas perhiasan di Balikpapan. Hal ini sejalan dengan peningkatan harga emas dunia. Bimo mengatakan, ke depan masih terdapat beberapa faktor yang akan memberi tekanan inflasi. Di antaranya, gangguan pasokan dan distribusi barang dampak pembatasan aktivitas untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19. Juga akan dipengaruhi peningkatan permintaan mendekati Ramadan. Di samping itu, peningkatan harga emas dunia, dan risiko pelemahan nilai tukar rupiah terhadap komoditas yang memiliki konten impor juga akan memberi pengaruh. “Dari prakiraan tekanan inflasi ke depan itu, Bank Indonesia bersama pemerintah daerah terus bersinergi dalam rangka menjaga ketersediaan pasokan dan stabilitas harga di tengah pandemik COVID-19,” imbuh Bimo Epyanto. Selain itu, BI juga akan memperkuat koordinasi kebijakan guna memastikan inflasi tetap rendah dan stabil dalam kisaran inflasi sebesar 3,0±1% pada 2020. (fey/eny)

Tags :
Kategori :

Terkait