Terus Melorot, Harga Minyak Dunia Pengaruhi Komoditas Kaltim 

Selasa 31-03-2020,14:06 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Juliansyah Roy. (ist) Samarinda, DiswayKaltim.com - Harga minyak mentah dunia kembali menurun tajam. Dikutip dari Financial Times, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) turun 6 persen ke level US 19,92 dolar per barel, pada Senin (30/3). Sementara minyak Brent dipatok US 24,93 dolar per barel. Harga ini diprediksi akan terus mengalami penurunan hingga US 10 dolar per barel. Ini disebabkan oleh menurunnya permintaan minyak dunia akibat pandemi COVID -19. Menurunnya harga minyak dunia ini dinilai Juliansyah Roy, memiliki dua sisi; baik dan kurang baik. Sisi baiknya, terhadap asumsi harga minyak di APBN sebesar US 63 dolar per barel. "Artinya beban subsidi negara terhadap BBM berkurang," kata Doktor Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman (FEB Unmul) ini, Senin (30/3). Sementara sisi kurang baiknya, ia menyebut, pendapatan negara jadi menurun dari ekspor migas. Karena harga yang menurun tajam di pasaran dunia. Bagi Kaltim sendiri, penurunan harga minyak ini juga berdampak pada komoditas lain. Seperti batu bara dan CPO. Karena minyak adalah harga acuan bagi komoditas lain. "Dampaknya di sawit dan batu bara bagi Kaltim. Ketika (minyak) itu bergejolak, akan mengikuti tren penurunan. Berbahaya bagi Kaltim," tandasnya. Belum lagi, pembagian dana perimbangan yang diterima Kaltim dari sektor migas. Dengan tren penurunan ini, Dana Bagi Hasil (DBH) Kaltim, otomatis juga akan berkurang. "Harga minyak dunia turun, produksi turun,  penerimaan turun, maka DBH akan turun juga. Analogi sederhananya seperti itu," tambahnya. Juliansyah pun menyayangkan. Di tengah menurunnya harga minyak dunia. Pertamina belum merilis penurunan harga BBM yang dikonsumsi masyarakat. Padahal dalam kondisi aktual sekarang, ditambah dengan wabah COVID-19. Serta daya beli masyarakat yang cenderung menurun. Harga BBM harus segera disesuaikan. "Tapi sekali lagi patut dipahami memang, Pertamina merupakan BUMN. Sehingga keputusannya harus dari negara," ujarnya. Dalam analisanya sebagai ekonom, ia menyebut harga BBM memang komoditas politik. Naik turunnya harga BBM harus melewati mekanisme pemerintah. Sedangkan saat ini, isu penurunan harga BBM teralihkan oleh isu COVID-19. Ia pun berharap, penurunan harga BBM harus segera disuarakan. Selama Indonesia masih mengalami surplus subsidi yang besar di tengah menurunnya harga minyak dunia. "Dengan harga turun mengurangi beban devisa impor. Dan lebih murah bea impor kita. Momen ini harus juga dimanfaatkan dengan penurunan harga BBM,"  ucapnya. Juliansyah pun memprediksi, harga minyak dunia akan terus melandai. Seluruh dunia akan fokus pada pemulihan  dampak COVID-19. "Asumsinya, kalau wabah ini masih terjadi sampai Juni misalnya, ekonomi baru mulai recovery di triwulan III," katanya. Pengamat Bidang Ekonomi Regional Kaltim Warsilan juga menyebut saat ini kondisi ekonomi dunia memang sedang stagnan. Menurunnya harga minyak dunia, disebabkan oleh penurunan permintaan karena banyak negara sedang membatasi diri. Imbas COVID-19. Kaltim sendiri, menurutnya, tidak bisa berbuat banyak. Di tengah krisis kesehatan seperti ini, sektor ekonomi memang terdampak. "Dengan kondisi sekarang, alokasi dana pasti terserap ke penanganan bencana," ungkapnya. Sehingga Kaltim, tidak bisa berharap banyak pada DBH. Apalagi, kewenangan pembagian dana perimbangan, sepenuhnya diatur pemerintah pusat. Dengan persentase 85 persen pusat. Dan 15 persen dibagi ke daerah penghasil. "Dan daerah penghasil itu kan bukan hanya Kaltim, masih dibagi lagi Riau dan Papua," pungkasnya. (krv/eny)

Tags :
Kategori :

Terkait