BALIKPAPAN, NOMORSATUKALTIM - Kenaikan kebutuhan uang tunai pada momen Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025-2026 di Balikpapan dan wilayah sekitarnya kembali menegaskan satu fakta penting.
Yakni, pola konsumsi masyarakat masih sangat bergantung pada uang kartal, di tengah gencarnya digitalisasi transaksi.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Balikpapan memproyeksikan kebutuhan uang tunai selama Nataru 2025-2026 mencapai Rp1,77 triliun, meningkat 8 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp1,64 triliun.
Proyeksi tersebut mencakup wilayah Kota Balikpapan, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), dan Kabupaten Paser.
BACA JUGA: Dukung Kelancaran Natal dan Tahun Baru, BI Kaltim Siapkan Uang Kartal Rp4,8 Triliun
BACA JUGA: Dorong Kaltim Tak Bergantung Tambang, Bank Indonesia Siapkan UMKM untuk Pasar Ekspor
Kepala KPwBI Balikpapan, Robi Ariadi mengatakan peningkatan tersebut tidak terlepas dari menguatnya aktivitas ekonomi regional, khususnya konsumsi rumah tangga yang masih menjadi motor utama pertumbuhan pada Triwulan IV 2025.
"Permintaan uang kartal pada periode HBKN cenderung meningkat setiap tahun. Hal ini menunjukkan konsumsi masyarakat masih tinggi, terutama untuk transaksi ritel dan kebutuhan musiman," kata Robi.
Meski transaksi non-tunai terus menunjukkan pertumbuhan signifikan, realitas di lapangan memperlihatkan uang tunai masih memiliki peran strategis, terutama di sektor informal, perdagangan tradisional, dan kegiatan sosial-keagamaan yang intens terjadi selama Nataru.
Untuk mengantisipasi lonjakan kebutuhan tersebut, BI bersama perbankan menyiapkan 4 titik layanan penukaran uang di Kota Balikpapan.
BACA JUGA: Luncurkan Corporate Rebranding, BRI Tegaskan Tetap Fokus di Segmen UMKM
BACA JUGA: Inflasi Kaltim Masih Terkendali, Pemprov Perketat Pengawasan Harga Jelang Natal dan Tahun Baru
Sementara untuk wilayah PPU dan Paser, layanan penukaran difasilitasi melalui jaringan perbankan setempat.
Langkah itu tidak hanya bertujuan memastikan kecukupan nominal dan pecahan uang, namun untuk menjaga stabilitas sistem pembayaran sehingga tidak terjadi kelangkaan likuiditas di tingkat masyarakat.
Di sisi lain, data aliran uang menunjukkan dinamika yang menarik.