Sektor Riil Pariwisata Butuh Insentif

Rabu 25-03-2020,22:06 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Padlian Arip harus bersabar pendapatannya menurun. Apalagi, ia harus tetap menggaji karyawannya. (Khajjar/Disway Kaltim) Samarinda, DiswayKaltim.com -  Pariwisata menjadi salah satu sektor yang paling terdampak karena pandemi COVID-19. Kepala Dinas Pariwisata Kaltim Sri Wahyuni menyebut, dampak ini dirasakan secara global, nasional, hingga ke daerah. Dampak ini menjadi efek domino bagi pelaku usaha di sektor pariwisata. Mulai dari jasa travel, hotel, dan UMKM. "Mulai terasa sejak akhir Februari kemarin. Semua terdampak, pembatalan travel, bahkan beberapa hotel tutup untuk sterilisasi. Memang begitu keadaannya sekarang," terang Sri Wahyuni, Rabu (25/3). Oleh karena itu, Yuni menyebut harus ada insentif dari pemerintah pusat untuk mengatasi kondisi ini. Seperti penangguhan pajak hotel dan restoran. Serta insentif bagi pelaku usaha sektor riil pariwisata. "Insentif bisa dalam bentuk BLT (Bantuan Langsung Tunai, Red) misalnya. Untuk pekerja di sektor pariwisata. Karena mereka yang terdampak, jadi tidak punya pemasukan," ungkapnya. Pihaknya pun sudah menyampaikan masukan tersebut kepada DPR RI Komisi X. "Sudah kita sampaikan, semoga bisa di-goal-kan," pungkasnya. Terpisah, salah satu pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di sektor pariwasata, Padlian Arip mengaku sangat merasakan dampak di tengah kondisi pandemi virus saat ini. Pemilik usaha kerajinan Manika Kaltim dan Kayan Art Samarinda ini mengaku permintaan produk menurun drastis. Bahkan sudah seminggu ini, kiosnya di Pasar Pagi tidak menerima satu pun pembeli. "Sama sekali. Tidak ada penglaris seminggu ini," katanya kepada Disway Kaltim. Rabu(25/3). Padli menyebut, pendapatannya menurun hingga 75 persen. Pesanan kerajinan yang biasa banyak datang dari daerah destinasi wisata seperti Kutai Barat dan Berau, untuk sementara ini kosong. "Pelanggan kami ini kan kebanyakan re-seller juga. Kalau keadaannya sepi begini, ya mereka pending order juga," ujar Padli. Belum lagi festival adat yang tertunda karena Covid-19. Secara otomatis juga mengurangi peluang usahanya. Hal ini tidak hanya dirasakan Padli. Seluruh penjual di Pasar Pagi, ia sebut merasakan dampaknya. Pengunjung semakin hari kian sepi. Karena adanya imbauan social distancing. Meski begitu, ia tetap berjualan dan membuka kiosnya selama belum ada imbauan untuk penutupan pasar. "Masih ke pasar tiap hari. Tetap ikhtiar menjemput rezeki," katanya pasrah. Padli berusaha bertahan di tengah kondisi ini. Ia terpaksa mengurangi kapasitas produksi. Walau pun pendapatan menurun, namun Padli masih mempertahankan 10 karyawannya. "Alhamdullillah nggak sampe PHK karyawan," tutupnya. Ia pun mendukung jika ada insentif yang bisa diberikan pemerintah bagi pelaku usaha kecil dan menengah seperti dirinya. Baik berupa bantuan langsung mau pun kemudahan kredit UMKM. (krv/eny)

Tags :
Kategori :

Terkait