Baca Juga: Saenuddin, Perantau Sulawesi yang Sukses Budidayakan Kakao di Berau
“Begitu usaha mulai lancar, saya langsung bentuk tim. Ada tim operasional, keuangan, dan marketing. Saya belajar, kalau cabang pertama belum bisa ditinggal, jangan buka cabang baru dulu. Harus ada tangan kanan yang dipercaya.”
Melihat potensi pasar yang besar, Risman kemudian bereksperimen membuka usaha baru. Namanya Ayam Setia. Dibuka 9 bulan usai Susu Setia berdiri. Terinspirasi dari tingginya permintaan ayam crispy di Tenggarong.
Strategi penjualannya sama dengan Susu Setia. Hasilnya, boom. Usaha tersebut diterima pasar dan berkembang pesat.
Kini, di usia yang baru menginjak kepala tiga, Risman telah memiliki sekitar 70 cabang Susu Setia dan 25 cabang Ayam Setia di seluruh Kaltim. Jumlah pekerjanya mencapai 200 orang lebih. Omzetnya ratusan juta rupiah per bulan.
“Harapannya, Susu Setia dan Ayam Setia bisa jadi contoh bahwa UMKM juga bisa besar. Jangan berpikir jualan cuma di satu outlet. Kalau dikelola dengan baik, bisa berkembang kok,” kata Risman yang sore itu mengenakan topi hitam di kepala.
Namun, di balik kesuksesannya itu, Risman tak melupakan masa-masa sulitnya. Ia bercerita, dulu pernah benar-benar tak sanggup membeli bensin untuk motornya. Agar tak diketahui orang tua maupun partnernya, ia memilih menggunakan sepeda ke mana-mana. Alasannya karena ingin rajin olahraga.
Risman menegaskan, kesuksesan bukan soal keberuntungan semata. Tapi hasil ketekunan dan kesabaran menghadapi masa-masa sulit. Ia percaya, baik menjadi karyawan maupun pengusaha, keduanya butuh waktu untuk jadi ahli.
“Kalau kerja di kantor aja butuh lima tahun buat jadi expert, di dunia usaha pun sama. Tahun pertama belajar, tahun ketiga mulai bisa, tahun kelima baru matang,” katanya.
“Yang penting berani mulai dulu.”
Kini, Susu Setia dan Ayam Setia terus berkembang. Risman berencana memperluas jaringan ke kabupaten lain di Kaltim, sekaligus membangun semangat baru bagi pelaku UMKM muda di Kutai Kartanegara agar tak takut bermimpi besar.
“Saya cuma ingin jadi bukti bahwa anak daerah juga bisa sukses. Asal mau belajar, sabar, dan enggak gampang menyerah,” tutupnya. (*)