Bahkan jamurnya sudah dipasarkan kepada petani lain di Samarinda, Kutai Timur, Kutai Barat, hingga kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN).
“Pasar jamur di Kalimantan Timur masih sangat terbuka. Antara permintaan dan produksi masih belum seimbang, masih kekurangan pasokan,” ujarnya.
Produk jamurnya dijual melalui reseller di pasar-pasar tradisional di Samarinda. Untuk memenuhi kebutuhan konsumen, Made menyiapkan jamur dalam kemasan siap jual, berukuran 100 hingga 200 gram.
“Kami juga bermitra dengan petani lain yang tidak memproduksi media sendiri. Mereka budi daya dengan media dari kami,” tambah pria yang juga Ketua Petani Milenial Kaltim itu.
Selain fokus pada produksi, Made juga aktif dalam kegiatan organisasi yang berhubungan dengan pertanian dan kehutanan. Ia menjelaskan, usahanya mendapat dukungan dari pemerintah.
Terutama melalui Dinas Kehutanan karena bahan baku media jamurnya berasal dari limbah pengolahan kayu. Sehingga menjadikannya bagian dari upaya pemanfaatan hasil hutan bukan kayu.
Bagi Made Susana, jamur bukan sekadar peluang usaha. Tetapi juga bagian dari gaya hidup sehat masyarakat. Ia berharap semakin banyak orang menyadari manfaat jamur bagi tubuh.
“Masyarakat sekarang mulai sadar pentingnya nutrisi. Jamur ini tinggi protein, rendah lemak, dan bisa jadi alternatif pangan sehat,” tutur Made.