Dilema Ekonomi dan Keharusan Social Distancing

Kamis 19-03-2020,00:26 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Kawasan kuliner di Melawai Balikpapan nampak sepi pengunjung. Hal ini diduga dampak imbauan pembatasan aktivitas di luar rumah. (Hafizh/Disway Kaltim) Samarinda, DiswayKaltim.com - Sekretaris Komisi II Bidang Keuangan dan Perekonomian DPRD Kaltim, Bagus Susetyo menolak menyebut status local lockdown yang ditetapkan Pemprov Kaltim. Baginya ini hanyalah social distancing. Pembatasan sosial masyarakat dari aktivitas keramaian di luar rumah. "Bukan lockdown. Jangan salah, karena lockdown adalah kewenangan pusat bukan daerah," katanya, Rabu (18/3). Menurutnya, istilah lockdown merujuk pada pemberhentian semua kegiatan baik perkantoran, pendidikan dan pasar. Termasuk pemberhentian akses penerbangan dan transportasi keluar-masuk daerah. "Kalau Kaltim kan, kegiatan ekonomi masih berjalan. Seperti pasar, mal dan kantor-kantor swasta," tandasnya. Sehingga, kebijakan local lockdown Kaltim lebih tepat disebut sebagai social distancing. Imbauan untuk berkegiatan di dalam rumah. Dengan kebijakan meliburkan sekolah dan kampus. Namun begitu, Bagus melihat, dari sisi ekonomi, social distancing tetap merugikan. Paling terasa, kata dia, bagi kalangan ekonomi menengah ke bawah. "Tetap ada (dampak ekonomi, red). Contoh, warung makan yang biasa didatangi orang menjadi sepi. Karena aktivitas di luar rumah dihindari," katanya. Sehingga, membatasi aktivitas ekonomi yang mestinya ada transaksi langsung. Hal ini, kata dia, dapat meresahkan masyarakat menengah ke bawah. Yang masih kesulitan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga. Pembatasan sosial seperti ini saja, kata Bagus, sudah menyulitkan ekonomi rakyat apalagi kalau benar-benar lockdown. "Ekonomi akan stop. Ini risiko nya besar," tegasnya. Walaupun begitu, social distancing mau tidak mau harus tetap dilakukan. Untuk meminimalisasi penyebaran wabah COVID-19. Supaya tidak menambah jumlah korban. "Dampak ekonomi mesti ada. Tapi yang dipentingkan utamanya mengurangi penyebaran virus di masyarakat dengan social distancing ini," pungkasnya. Terpisah, Anita, pemilik Warung Makan Purnama di Jalan Perjuangan, Samarinda mengaku penjualannya menurun drastis. Akibat adanya imbauan social distancing ini. Pada hari normal, ia mengaku bisa mendapatkan pembeli sekitar 90 orang per hari. Dengan adanya imbauan pembatasan sosial ini, pengunjung warungnya menurun menjadi sekitar 30 hingga 35 orang per hari. "Ya terasa sekali sepinya. Karena sekolah dan kampus libur ini kan. Biasanya ramai," keluhnya. Namun ia pun tidak bisa berbuat apa-apa. Selain berharap, kondisi ini bisa kembali normal. (krv/eny)

Tags :
Kategori :

Terkait