“Sebenarnya perbedaannya hanya di media. Kalau padi biasa di tanah, padi apung ini di atas air. Jadi yang utama adalah bagaimana medianya bisa menopang tanaman tetap hidup di air,” jelasnya.
Namun, ia mengakui bahwa beberapa varietas padi memang lebih cocok untuk sistem apung. Ke depan, pihaknya akan melakukan uji adaptasi terhadap beberapa jenis varietas untuk menentukan mana yang paling sesuai dengan kondisi lahan di Kutai Timur.
“Nanti kita akan lihat varietas mana yang paling cocok. Setiap daerah punya karakter air dan tanah yang berbeda, jadi harus disesuaikan,” ujarnya.
Teknologi padi apung ini diyakini dapat menjadi solusi bagi petani di kawasan rawan banjir, di mana sistem persawahan tradisional sulit diterapkan.
Kepala Bidang Tanaman Pangan DTPHP Kutim, Dessy Wahyu Fitrisia. -(Disway Kaltim/ Sakiya) -
BACA JUGA: Penyaluran BBM Bersubsidi untuk Pertanian di Berau Wajib Lewat Kelompok Tani
Dengan sistem ini, petani tidak perlu menunggu air surut untuk menanam padi karena media apung tetap memungkinkan akar tanaman memperoleh oksigen dan nutrisi secara seimbang.
“Harapannya teknologi ini bisa menjadi alternatif bagi petani di daerah yang lahan sawahnya sering tergenang. Dengan padi apung, lahan yang dulunya tidak produktif bisa kembali menghasilkan,” terang Dessy.
Selain mengatasi masalah banjir, penerapan padi apung juga membuka peluang bagi masyarakat yang memiliki lahan rawa yang selama ini belum termanfaatkan. Inovasi ini dapat menjadi model pertanian adaptif yang ramah lingkungan sekaligus meningkatkan ketahanan pangan daerah.
Meskipun demikian, Dessy mengakui bahwa penerapan teknologi ini masih perlu proses sosialisasi dan pendampingan bagi petani.
BACA JUGA: Wujudkan Transformasi Pertanian, Pemkab Kutim Jadikan Pisang Kepok Grecek Komoditas Unggulan
“Kita masih dalam tahap memperkenalkan konsepnya. Nanti setelah uji coba berjalan dan hasilnya bagus, baru kita bisa mendorong adopsi lebih luas,” katanya.
Ia menambahkan, kesiapan petani dalam menerima inovasi juga menjadi faktor penting keberhasilan program ini. Oleh karena itu, pihaknya akan menggandeng penyuluh dan kelompok tani untuk memberikan pelatihan terkait teknis budidaya padi apung.
“Kita ingin agar petani bisa paham dan siap menerapkan. Kalau berhasil, teknologi ini bisa jadi salah satu andalan pertanian Kutim di masa depan, terutama di daerah-daerah yang sulit dijangkau pertanian konvensional,” pungkas Dessy.