BALIKPAPAN, NOMORSATUKALTIM - Transisi energi menjadi isu sentral dalam upaya Indonesia mewujudkan kemandirian energi nasional.
Kendati demikian, peneliti energi sekaligus dosen Sekolah Tinggi Teknologi Migas (STT Migas) Balikpapan, Andi Jumardi menilai keberhasilan transisi energi tidak hanya bergantung pada proyek besar, tetapi juga kesiapan daerah dalam memperkuat fondasi energi dari hulu ke hilir.
Dalam forum diskusi bertema "Meneropong Satu Tahun Kemandirian Energi Nasional di Era Prabowo-Gibran dari Borneo", pada Jumat 17 Oktober 2025, Andi menegaskan, bahwa konsep kemandirian energi sejatinya merupakan turunan dari ketahanan energi nasional yang diukur melalui 4 indikator utama.
"Dalam dokumen Dewan Energi Nasional dan Bappenas, ketahanan energi diukur lewat empat A yaitu availability, accessibility, affordability, dan acceptability," ujarnya.
Andi menjelaskan, availability merujuk pada ketersediaan sumber energi, termasuk cadangan operasional dan cadangan penyangga energi.
Cadangan ini menjadi penyangga ketika terjadi krisis energi, seperti gangguan pasokan bahan bakar atau lonjakan permintaan nasional.
"Misalnya, jika konsumsi nasional rata-rata 1,5 juta barel per hari, maka cadangan penyangga energi idealnya mencakup 30 hari kebutuhan, sekitar 45 juta barel," jelas Andi.
Sementara itu, accessibility berarti energi harus dapat diakses oleh seluruh warga negara sebagaimana dijamin dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007.
BACA JUGA: Refleksi Satu Tahun Prabowo-Gibran dari Bumi Borneo: Kemandirian Energi Masih Jauh dari Target
"Hak warga negara untuk mengakses energi merupakan bagian dari keadilan energi. Tidak boleh ada daerah yang tertinggal hanya karena infrastruktur belum merata," katanya.
Indikator ketiga, affordability, menekankan keterjangkauan harga energi. Menurutnya, pemerintah perlu menyeimbangkan antara kemampuan daya beli masyarakat dan harga energi di pasar internasional agar sistem tetap stabil.
"Energi tidak boleh hanya murah di dalam negeri tapi kehilangan daya saing di pasar global. Jika terlalu dikunci di harga domestik, negara bisa rentan secara ekonomi," terang Andi.
Sedangkan acceptability berkaitan dengan penerimaan sosial dan dampak lingkungan dari energi yang dikonsumsi masyarakat.
BACA JUGA: Disway Awards 2025: Momentum Apresiasi Integritas dan Kredibilitas Serta Reputasi Brand Nasional