Berharap Kontribusi Industri dan Konstruksi

Jumat 13-03-2020,20:10 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Optimisme pertumbuhan ekonomi Kaltim menguat seiring sektor konstruksi yang menggeliat akibat peningkatan investasi faktor pemindahan IKN. Seperti proyek pembangunan gedung baru Hotel Blue Sky di Jalan Letjen Suprapto, Marga Sari, Balikpapan Barat. Foto dijepret Kamis, (16/1) lalu. (Andi Muhammad Hafizh/Disway Kaltim) Ekonomi Kaltim 2020 Diproyeksi Melambat   Samarinda, DiswayKaltim.com - Perekonomian Kaltim 2020 diperkirakan akan melambat. Penyebabnya produksi pertambangan dan ekspor luar negeri yang menurun. Hal itu disampaikan Tutuk Setya Hadi Cahyono, kepala Kantor Perwakilan (Kpw) BI Kaltim dalam acara Diseminasi Laporan Perekonomian Kaltim Februari 2020, Kamis (12/3) kemarin. Acara tersebut dihadiri Kepala Biro Perekonomian Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi Kaltim, Nazrin. Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kaltim, Made Yoga Sudharma. Serta perbankan dan sejumlah OPD terkait. "Karena memang ada kuota turun. Batu bara kan tergantung kuota. Apalagi menurut IMF dan  Word Bank harga batu bara memang melandai," katanya di hadapan awak media. Namun Tutuk memastikan, meski melambat pertumbuhan ekonomi Kaltim tetap positif. BI memprediksi, pertumbuhan ekonomi Kaltim triwulan I 2020 akan berada di bawah angka 2,67 persen. Lebih lanjut, Tutuk memaparkan pemulihan  kondisi ekonomi global memang sedang tertahan karena efek penyebaran COVID-19. Yang paling terdampak, tentu saja Tiongkok. Penyebaran COVID -19 menyebabkan pertumbuhan ekonomi Tiongkok melambat. Dari kondisi tersebut, terjadi efek domino di beberapa negara, salah satunya Indonesia. Karena peran Tiongkok cukup besar terhadap peta ekspor, pariwisata, dan investasi di Indonesia. Sementara Kaltim, terdampak dari segi ekspor komoditas ke negara Tirai Bambu tersebut. Dari data ekspor Kaltim ke Tiongkok  2019 lalu tercatat ekspor batu bara Kaltim sebesar 30, 63 persen. Ekspor non migas 30,56 persen, ekspor CPO 47,74 persen dan ekspor migas 12,10 persen. Ekspor batu bara ke Tiongkok masih tumbuh baik sampai Januari 2020. Namun ke depan berpotensi terkoreksi seiring melambatnya PDB Tiongkok dan tertundanya investasi akibat COVID-19 serta belum adanya pasar baru. Akibatnya PDRB Kaltim berpotensi menurun di tahun 2020. COVID - 19 diperkirakan dapat menurunkan PDB Tiongkok sebesar 0,49 persen, dari 6,0 persen menjadi 5,51 persen. Akibatnya PDRB Kaltim berisiko untuk terkoreksi sebesar 0,28 persen dari 3,4 persen menjadi 3,1 persen karena penurunan permintaan dari Tiongkok. "China sangat berpengaruh pada dunia. Pangsa Global Trade China tahun 2018 nomor satu. Ini menunjukkan value change China sangat berdampak bagi negara lain," sebut Tutuk. Kondisi ini kemudian direspons bank sentral di Asia Tenggara untuk mengatur otoritas moneter. Salah satunya dengan menurunkan suku bunga acuan agar menggairahkan kegiatan ekonomi. Termasuk BI yang menurunkan suku bunga acuan dari 5 persen, menjadi 4,75 persen. Tutuk pun menyebut, meski ekonomi Kaltim melambat, pertumbuhan akan tetap berdaya tahan. Dipacu oleh sektor industri dan konstruksi seiring dengan peningkatan investasi karena faktor pemindahan IKN. "Proyek-proyek infrastruktur kita jadi dipercepat karena isu IKN ini. Termasuk jalan tol dan Jembatan Pulau Balang," terangnya. Terkait inflasi, pada 2019 tercatat 1,66, lebih rendah dari tahun sebelumnya.  Penurunan tingkat inflasi Kaltim umumnya bersumber dari penurunan kelompok Administered Price (AP) yang disebabkan oleh penurunan tarif batas angkatan udara. Di sisi lain, kelompok Volatile Food (VF) tercatat mengalami peningkatan dan berpotensi masih relatif tinggi tahun ini. "Tahun 2020 perkiraan inflasi agak tinggi. Karena listrik, LPG, cukai rokok tarifnya meningkat. Dibarengi kenaikan bahan pangan," sambung Tutuk. BI memprediksi pertumbuhan ekonomi Kaltim 2020 akan tumbuh 3,4 +/- 1 persen. Dan inflasi akan meningkat 3,0 +/-1 persen. Ketergantungan ekonomi Kaltim yang masih besar terhadap lapangan usaha pertambangan diharapkan dapat dikurangi. Ke depan, Kaltim harus mentransformasi ekonomi ke sektor yang lebih bernilai tambah. Seperti pariwisata dan hilirisasi industri. Sementara pengendalian inflasi Kaltim dapat diarahkan melalui perbaikan struktur pasar. Serta memperluas kerja sama perdagangan antar daerah didukung dengan penguatan data pasokan pangan daerah. (krv/eny)

Tags :
Kategori :

Terkait