SAMS Sepinggan Rugi Rp 55 Miliar

Kamis 20-02-2020,12:00 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Penerbangan dan Kargo Berkurang, Percepat Bisnis Hotel dan Hanggar Kerugian Bandara SAMS Sepinggan tahun lalu terjadi akibat penurunan jumlah penerbangan pesawat dan kargo. Masing-masing tercatat sebesar 29,4 persen dan 27,5 persen. (Hafizh/Disway Kaltim) Balikpapan, DiswayKaltim.com - Angkasa Pura I (Persero) mencatat Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan (SAMSS) Balikpapan mengalami kerugian sebesar Rp 55 miliar sepanjang 2019. Pengoperasian Bandara Aji Pangeran Tumenggung Pranoto (APT Pranoto) di Samarinda menjadi penyebab utama tergerusnya pendapatan perusahaan. General Manager Angkasa Pura I Balikpapan Farid Indra Nugraha mengatakan, besaran kerugian tersebut berdasarkan laporan yang sudah diaudit oleh Angkasa Pura I. “Jumlah penumpang menurun drastis,” katanya, Rabu (19/2/2020). Jumlah kerugian ini lebih besar dari proyeksi Angkasa Pura I sendiri. Dalam pernyataan pertengahan tahun lalu, AP I Balikpapan memperkirakan kerugian yang dideritanya cuma Rp 30 miliar. Proyeksi itu muncul saat melihat data penerbangan pada semester I/2019 yang turun sebesar 27,1 persen dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya. Jumlah penumpang pada enam bulan pertama tahun lalu hanya 2.614.289 orang. Sementara tahun sebelumnya masih mencapai 3.587.781 orang. Kerugian itu juga disumbangkan dari penurunan jumlah penerbangan pesawat dan kargo. Masing-masing sebesar 29,4 persen dan 27,5 persen. Sementara itu dari sisi pergerakan pesawat turun hingga sekitar 10 ribu jadwal. Menjadi hanya 23.754 dari sebelumnya 33.629 kali. Farid Indra Nugraha mengatakan, tahun lalu target pencapaian laba sebesar Rp 110 miliar. Sedangkan target revenue atau pendapatan sebesar Rp 450 miliar. “Target laba tahun 2019 itu sebesar Rp 110 miliar tapi malah rugi lebih dari Rp 50 miliar. Revenue-nya Rp 450 miliar tetapi tidak tercapai juga,” ungkapnya. Kejar Pendapatan dari Non Aero Farid Indra Nugraha melanjutkan, tahun ini berbagai upaya untuk mencapai target pendapatan dan laba akan dilakukan. Salah satunya menciptakan pertumbuhan penumpang. Misalnya penerbangan internasional. “Kita berinisiatif, berinovasi mencari pendapatan lain. Misalnya, penerbangan internasional. Angkasa Pura itu bisnis turunannya dari airline,” ungkapnya. Menurutnya, apabila ekonomi lokal tumbuh maka secara otomatis pertumbuhan penumpang akan ikut tumbuh. “Kalau ekonomi lokal juga tidak tumbuh atau tidak ada pertumbuhan maka akan berdampak juga,” ujarnya. Melihat kerugian yang dialami bandara Balikpapan tersebut maka Angkasa Pura I mengejar pendapatan dengan mendongkrak rencana bisnis non aero. “Enam bulan ke depan ditargetkan hotel sudah bisa beroperasi, dan Februari tahun ini renovasi mulai dilakukan. Kemudian hanggar yang bisa dimanfaatkan untuk airline,” sebut Farid. Selain itu, pihaknya juga bekerjasama dengan Dinas Pariwisata mengenai destinasi wisata untuk mendongkrak penumpang melalui kunjungan wisatawan. Rencananya tahun ini akan dibuka penerbangan Balikpapan – Kuala Lumpur dan Brunei Darusalam. Melalui upaya yang dilakukan Farid menargetkan tahun ini menurunkan angka kerugian dari Rp 50 miliar menjadi Rp 10 miliar. “Target tahun ini menurunkan kerugian menjadi Rp 10 miliar. Target pendapatan tetap naik yaitu Rp 600 miliar. Pendapatan itu diperoleh dari 60 persen aero dan 40 persen non aero,” pungkasnya. (fey/eny)

Tags :
Kategori :

Terkait