Samarinda, Diswaykaltim.com - Krisdiyanto dan Khairil Marzuki. Memutuskan menjual durian karena kesal sering mendapat buah yang tak sesuai ekspektasi. Kekesalan itu didapat setiap membeli di penjual durian musiman. Mereka mendatangkan durian segar dari 4 wilayah di Kutai Barat. Yakni Linggang Mapan, Melapeh, Jalur Dua Kubar dan Linggang Bigung. Yang membedakan mereka dengan kebanyakan penjual durian di Samarinda adalah penerapan sistem sortir yang ketat. "Kami mendatangkan durian dua hari sekali. Jadi kalau dua hari durian tidak habis, tidak kami jual dalam bentuk buah lagi," kata Krisdiyanto. Jika dalam tempo dua hari durian tidak terjual, mereka akan membuka durian tersebut, lalu dikemas dalam mika. Setelah itu disimpan dalam kulkas. Dalam satu kemasan mika ukuran sedang dijual dengan harga Rp 20 - 25 ribu per kemasan. Yang mana itu hasil pilihan dari setidaknya dua buah durian. Sementara untuk buah durian normal dijual seharga Rp 20 ribu hingga 70 ribu sesuai besaran buah durian. Berkaca dari pengalaman, mereka juga memberi garansi kepada pelanggannya untuk bisa menukar buah durian jika dirasa tidak memuaskan. "Kalau pembeli mau buka di tempat, lebih bagus karena bisa dipilihkan yang bagus. Kalau dibawa pulang dan ada kerusakan atau busuk walau sedikit dan dibawa ke kios, langsung kami ganti," lanjutnya. Walau secara bisnis mengganti buah durian yang rusak bisa merugikan lantaran mereka langsung membayar pada empunya durian saat pengiriman tanpa proses sortir terlebih dahulu, tapi mereka tetap melakukan guna memuaskan pelanggan. "Pernah kami dikirimin, rasanya dari pihak pengirim kurang komunikasi, bukan durian asal Kubar yang dikirim. Ketahuannya itu daging durian tipis dan hambar. Selain itu 50 persen dalam kondisi rusak. Ya mau bagaimana lagi, kami tetap memberi garansi kepada pelanggan kalau rusak ganti. Karena itu sudah komitmen kami," cerita Kris. Setiap dua hari, sebanyak 300-400 durian segar dikirim via darat dari Kubar menuju kios mereka di Jalan Pramuka 3 Samarinda. Dari usaha durian ini, Kris dan Marzuki bisa meraup omzet Rp 3-4 juta per hari. Dengan kondisi durian tak bermasalah. Melihat prospek ini, Kris yang juga pengelola Taman Borneo dan Marzuki pengusaha warnet, akan terus mengembangkan usia mereka. Sebagai ancang-ancang sebuah brand bernama Durian Kita didapuk sebagai nama usaha mereka. "Pengennya akan terus berjualan durian lokal walau pun di sini tidak musim. Tapi masih melihat kemampuan produksi durian di Kaltim dulu. Bisa tidak menyuplai sepanjang tahun," lanjut Kris. Walau merencanakan berjualan durian secara kontinyu, baik Kris dan Marzuki tidak berniat menjual dalam jumlah besar. Hal ini dikarenakan semakin banyak durian yang dijual, semakin besar resikonya lantaran mereka menerapkan standar tinggi dengan maksimal usia durian hanya 2 hari setiba di Samarinda. Pekan depan, Durian Kita akan menggandeng Mahakam Lampion Garden untuk mengadakan festival durian sebagaimana mereka adakan tahun lalu. Nantinya, warga Samarinda bisa menikmati durian sepuasnya bermodal Rp 100 ribu saja. (ava/boy)
2 Pemuda Berbisnis Durian, Tak Mau Jual yang “Kacangan”
Selasa 28-01-2020,21:29 WIB
Editor : bayong
Kategori :