Setiap dapur akan memiliki 50 orang staf, termasuk kepala dapur, konsultan, ahli gizi, serta tenaga masak dan distribusi.
Kemudian, masyarakat sekitar dapur sehat juga diharapkan aktif terlibat dalam operasional dapur.
BACA JUGA: Pemkot Samarinda Alokasikan 6,5 Persen APBD Demi Program Makan Bergizi
"Selain membantu produksi makanan, keberadaan dapur ini juga bisa menggerakkan perekonomian lokal di sekitar,"ucapnya.
“Masyarakat harus terlibat untuk memastikan program ini berjalan maksimal,” tambahnya.
Selain membangun infrastruktur dapur sehat, Anggara menyebutkan bahwa mekanisme program juga memungkinkan kerja sama dengan penyedia katering untuk mempercepat distribusi makanan bergizi.
“Tentu ini membutuhkan sinergi. Mekanismenya bisa menggandeng penyedia katering agar percepatan program bisa dilakukan,” ungkapnya.
BACA JUGA: BGN Ingatkan Mitra Program Makan Bergizi Gratis, Waspadai Surveyor Palsu!
Pihak swasta atau perorangan dapat menentukan lokasi yang akan digunakan untuk memproduksi makanan dalam program ini.
"Setelah itu, lokasi tersebut akan dilaporkan kepada Badan Gizi Nasional (BGN) untuk dilakukan asesmen guna memastikan apakah lokasi yang diajukan sudah memenuhi standar dan sesuai untuk melayani sasaran program," imbuhnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), Sirajul Amin menjelaskan sebelum dapur sehat dilaksanakan, proses skrining alergi dilakukan melalui kerja sama dengan guru dan orang tua.
“Misalnya, jika ada siswa yang alergi telur, kami tidak memberikan telur dan menyiapkan menu alternatif khusus. Skrining ini penting, karena biasanya siswa SD belum sepenuhnya mengetahui alergi mereka,” papar Sirajul.
Data alergi dan kebutuhan khusus siswa akan menjadi dasar persiapan stok makanan. Selain itu, program ini akan dievaluasi secara berkala untuk terus meningkatkan kualitas layanan.
“Kami akan melakukan evaluasi selama program berlangsung untuk memastikan semua berjalan sesuai rencana dan meningkatkan pelayanan jika diperlukan,” tambahnya.
Sirajul bilang, masyarakat tak perlu mengkhawatirkan tentang gizi makanan yang diolah di dapur sehat. Tim SPPG ini dipastikan telah menjalani sertifikasi selama tujuh bulan, termasuk seleksi dan pelatihan intensif.
“Kami dibekali berbagai ilmu, seperti manajerial, LKPP, higienitas, sanitasi, dan pengelolaan pangan. Ini memastikan bahwa menu makanan yang kami produksi aman dan sehat untuk dikonsumsi,” pungkasnya. (*)