BERAU, NOMORSATUKALTIM – Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit juga ikut naik, bersamaan dengan naiknya Upah Minimum Sektor (UMS) Kabupaten Berau untuk sektor perkebunan.
Diketahui UMSK Berau mengalami kenaikan sebesar 1 persen. Atau setara dengan Rp 40.813,96, sehingga total UMSK sektor perkebunan menjadi Rp4.122.210,27. Penyesuaian upah ini berlaku mulai 1 Januari 2025 hingga 31 Desember 2025.
Belum lama UMSK ditetapkan, menjelang akhir tahun 2024 ini, harga TBS mengalami kenaikan. Hal itu karena harga minyak kelapa sawit global tercatat di angka Rp 17 ribu per kilogram. Tentu ini menjadi angin segar bagi para petani kelapa sawit di Berau.
Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Berau, Lita Handini, mengatakan, harga Tandan Buah Segar (TBS) terus merangkak naik, dipicu kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO) di pasar global.
BACA JUGA:Pertamina Pastikan BBM di Berau Aman Jelang Nataru
BACA JUGA:Kekerasan Pada Perempuan dan Anak Perlu Ditangani Bersama, Begini Upaya Pemkab Berau
Per Rabu (18/12/2024), harga minyak kelapa sawit global tercatat di angka Rp 17 ribu per kilogram. Hal ini berimbas langsung pada kenaikan harga TBS di tingkat pabrik maupun petani.
“Di pabrik, harga TBS sesuai pemerintah mencapai Rp 3.200 per kilogram, sementara di tingkat petani, TBS dihargai sekitar Rp 2 ribu per kilogram. Ini sudah angka yang luar biasa dan sangat menggembirakan bagi petani,” kata Lita, Senin (23/12/2024).
Namun, Lita menegaskan, agar semua pihak, mulai dari tengkulak, pengepul, hingga perusahaan, tetap konsisten mengikuti tren harga pasar.
“Harga jual yang sedang naik ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin, tanpa ada permainan harga di lapangan,” tegasnya.
Menurutnya, kenaikan harga ini menjadi angin segar bagi petani kelapa sawit di Berau. Ia pun berharpa trend ini bisa terus berlanjut.
BACA JUGA:Peringati Hari Ibu Ke-96, Warji: Momentum Penghormatan bagi Peran Ibu
Lita juga mendorong petani mandiri untuk tetap menjaga kualitas buah sawit. Pasalnya, stabilitas produksi dapat dicapai dengan perawatan kebun yang baik, seperti pemupukan berkala.
“Kami berharap para petani dapat menyisihkan sebagian hasil keuntungan untuk pemupukan. Dengan begitu, kualitas dan kuantitas produksi akan semakin meningkat,” ujarnya.