Ekonomi Kaltim Diprediksi Melambat

Kamis 16-01-2020,12:06 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Kepala Perwakilan BI Kaltim, Tutuk Setya Hadi Cahyono. (Dok) Samarinda, DiswayKaltim.com – Pertumbuhan ekonomi Kaltim dalam triwulan I,II, dan III pada tahun 2019 terus mengalami peningkatan. Bahkan pada triwulan III, pertumbuhan ekonomi naik sebesar 6,89 persen year on year (yoy). Paling tinggi dari seluruh provinsi se-Kalimantan. Namun, dalam triwulan IV, pertumbuhan ekonomi Kaltim diprediksi melambat. Hal itu disampaikan oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kaltim Tutuk Setya Hadi Cahyono, Rabu (15/1). “Triwulan IV ini perkiraan kita mengalami perlambatan. Karena banyak faktor. Di antaranya adalah faktor cuaca, tren harga batu bara, dan kuota produksi perusahaan yang rata-rata sudah penuh,” jelasnya. Tutuk menyebut, 45 persen perekonomian Kaltim di dominasi oleh pertambangan. Sehingga naik turunnya pertumbuhan ekonomi Kaltim, tergantung pada tren harga pasar di sektor ini. “Struktur ekonomi kita kan tambang. Proyeksi kami tren harga batu bara akan turun,” sambungnya. Tingginya pertumbuhan ekonomi Kaltim di triwulan ke III disebut Tutuk, karena tingginya permintaan ekspor batu bara dari China dan India. China sedang gencar mengadakan proyek listrik ke daerah-daerah pedalaman. Sedangkan India baru saja terkena badai monsun sehingga membutuhkan banyak pasokan batu bara untuk bahan bakar tenaga pembangkit listrik. Sedangkan di triwulan ke IV, China sudah mulai membatasi stok impor batu bara mereka untuk beralih ke pengembangan bahan bakar yang ramah lingkungan. “Kita perkirakan  di triwulan ke IV sampai ke triwulan I tahun 2020 pertumbuhan ekonomi akan melambat. Levelnya secara tahunan. Tidak sampai negatif, tapi melambat,” kata Tutuk. Lalu bagaimana cara mengatasinya? Tutuk menyarankan agar pemerintah mulai membangun hilirisasi industri pengolahan SDA Kaltim. Termasuk industri pertambangan dan pengolahan crude palm oil atau CPO. “Jadi gini, kita harus lihat kenapa negara lain pertumbuhan ekonominya lebih stabil? Karena mereka punya produksi pengolahan lebih lanjut.  Contohnya sawit, kita biasa ekspor CPO nya, dengan hilirisasi, CPO bisa jadi B30 mestinya,” jelasnya. Oleh karena itu, Tutuk mendukung program pemerintah dalam membangun Kawasan Ekonomi Khusus di Kaltim. Yang saat ini sedang dikembangkan, berada di Kariangau Balikpapan, dan Maloy Kutai Timur (Kutim). Hanya saja, diakui Tutuk,lemahnya investasi menjadi kendala pembangunan hilirisasi industri pengolahan di Kaltim. ”Mungkin perlu kita cari sumber masalahnya. Bisa jadi biaya angkut, upah buruh, jadi pertimbangan investor untuk membangun pabrik industri di sini,” tuturnya. Untuk itu Tutuk berharap, pemerintah dapat mengupayakan untuk membangun iklim investasi kaltim yang baik di Kaltim. “Bangun daya tarik investasi. Semakin cepat, semakin baik,” tutupnya. (krv/eny)

Tags :
Kategori :

Terkait