Kemungkinan karena Reaksi Kimia

Senin 06-01-2020,14:20 WIB
Reporter : admin3 diskal
Editor : admin3 diskal

Mahasiswa program doktor melakukan penelitian air sungai di Berau, hingga ke laut Maratua. (ISTIMEWA) PERUBAHAN kondisi Sungai Segah, mengundang perhatian banyak pihak. Tak terkecuali mahasiswa program doktor Ilmu Lingkungan, Universitas Mulawarman. Saat ini, empat mahasiswa yang mengambil mata kuliah Analisis Sistem dan Permodelan Pengelolaan Lingkungan Program Doktor (S3) Ilmu Lingkungan Universitas Mulawarman, sedang melakukan penelitian lapangan terkait Daerah Aliran Sungai (DAS) di wilayah Kabupaten Berau. (selengkapnya lihat grafis). Keempat mahasiswa tersebut, mendapatkan pendampingan dari dua pembimbing yang berasal dari dua universitas berbeda. Yakni, Dr. Eng. Idris, M.Si dari Universitas Mulawarman, dan Dr. Eng. Mukhsan Putra Hatta, ST. MT dari Universitas Hasanuddin Makassar. Salah seorang mahasiswa program Doktor Universitas Mulawarman, Fitrial Noor mengatakan, penelitian dilakukan selama tiga hari, dengan menyisir aliran Sungai Segah, Sungai Kelay, muara sungai Berau, hingga ke pulau terluar Berau. “Kami ingin melihat sampai sejauh mana dampak dari perubahan air sungai. Apakah hanya di wilayah sungai, atau bahkan hingga ke laut Berau,” katanya kepada DiswayBerau. Disebutkannya, untuk lokasi pengambilan sampel, atau penelitian yakni, alur Sungai Kelay 6 titik, alur Sungai Segah 8 titik, Muara Berau 7 titik. Dalam penelitian itu, pihaknya melakukan pengambilan sampel sebagai data lapangan. Seperti sampel sedimen, sampel plankton, sampel air, uji kualitas air, data air menggunakan CTD (Conductivity Temperature Depth) yakni instrumen yang digunakan untuk mengukur karakteristik air seperti suhu, salinitas, tekanan, kedalaman, dan densitas. Selain itu juga, pengambilan data pasang surut air. Kemudian sampel akan dibawa ke laboratorium dan akan terlihat, apa saja kandungan yang ada. Baik pada sampel air maupun sampel sedimen. Hasil akhir nanti akan dibuat permodelan terkait DAS Berau. “Hasilnya pasti kami publish demi keterbukaan informasi,” ujarnya. Dalam melakukan penelitian, dirinya mengaku tidak mendapatkan intervensi dari pihak manapun, bahkan penelitian dilakukan secara independen. Sebelum melakukan penelitian, pihaknya telah mengirimkan surat kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau, dan membuat tembusan kepada beberapa instansi terkait. “Kami tidak dibiayai siapapun. Sekali lagi ini adalah penelitian independen. Dan hasilnya akan kami paparkan secara ilmiah,” tegasnya. Dirinya mengaku tidak punya kewajiban bagaimana bentuk paparan hasil penelitiannya. Sampai saat ini, masih merundingkan bagaimana cara untuk mempublikasikan hasil. “Bisa saja langsung ke publik. Kami belum memutuskan seperti apa nanti bentuk publikasinya,” ungkapnya. Dalam penelitian tersebut, pihaknya mengambil sampel air yang ada di permukaan, dan sedimen yang ada di dasar air. Namun, secara rinci dia tahu pasti berapa kedalaman air untuk mengambil sampel sedimen. “Kedalamannya berbeda-beda, jadi kami tidak tahu seberapa dalamnya,”tuturnya. Meski demikian, pihaknya tidak mengambil sampel air hingga ke hulu Sungai Segah dan Kelay. Karena pihaknya telah menentukan batas area untuk penelitian DAS. “Kami punya batasan area, karena ada 3 alur yang diteliti. Jika mau ke hulu banget harus khusus penelitian satu sub DAS,” tuturnya. Dalam pengambilan sampel, pihaknya telah menetapkan titik koordinat. Dan sampai saat ini, pihaknya belum bisa memberikan infomasi terkait hal itu. “Titik koordinatnya ada, tapi kami belum bisa buka ke publik sekarang,” ungkapnya. Menurutnya, yang terjadi saat ini merupakan reaksi kimia yang mengakibatkan partikel sedimen kecil berubah menjadi gumpalan. Hal itu dikatakannya, mirip dengan reaksi penjernihan air di IPA PDAM. “Itu bukan terangkat sedimennya, tapi sedimennya terkumpul jadi gumpalan, karena ada senyawa kimia yang mengikatnya,” pungkasnya. (*/fst/app)

Tags :
Kategori :

Terkait