Kenapa Maksimal Kecepatan 80 Km, Keamanan Jalan Tol Dipertanyakan

Jumat 27-12-2019,12:04 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Konstruksi jalan tol Balikpapan-Samarinda masih belum safety untuk kecepatan tinggi. (Bayu/Disway Kaltim) ================   Balikpapan, DiswayKaltim.com – Belum lama diresmikan presiden, isu soal keamanan jalan tol Balikpapan – Samarinda (Balsam) muncul ke permukaan. Misalnya saja kasus kecelakaan yang menimpa pengguna jalan, sehari saat ujicoba. Pengemudi tak mampu menguasai keadaan setelah kendaraan yang ditumpanginya mengalami pecah ban dan terlempar ke luar lintasan. Insiden itu terjadi karena belum ada pembatas jalan. Belum reda soal pembatas jalan, kini muncul isu kesalahan penerapan teknologi. Praktisi Transportasi Darat, Bambang Haryo, seperti dilansir media-media nasional mengatakan, teknologi yang dipakai tol Balikpapan-Samarinda keliru dan belum pernah terjadi di dunia. Teknologi yang dinilai keliru itu, penggunaan semen pengerasan kaku (rigid pavement) sebagai bahan baku semen jalan menggantikan aspal. Sistem itu dinilai sangat berbahaya bagi kendaraan berkecepatan tinggi. “Teknologi ini menyebabkan gerutan yang berdampak peningkatan temperatur ban kendaraan,” kata bekas anggota DPR RI itu.  Ia juga menyebut tol Balsam berbahaya bagi truk dan bus karena menggunakan ban vulkanisir. “Karena kalau temperaturnya panas, vulkanisir akan mudah lepas,” katanya. Bahkan, kendaraan pribadi harus berhati hati dalam kecepatan tinggi, ban kendaraan gampang pecah. Namun pernyataan itu dibantah keras PT Jasamarga Balikpapan – Samarinda. Operator sekaligus kontraktor jalan tol itu menyatakan penggunaan beton sebagai material perkerasan jalan di jalan tol telah lazim digunakan. “Ini bisa dilihat pada konstruksi jalan tol trans Jawa dan trans Sumatera yang sebagian besar menggunakan perkerasan kaku,” kata Staf Bagian Umum PT Jasamarga Balikpapan – Samarinda, Hima Jaya, Kamis (26/12/2019). Penggunaan teknologi itu karena material beton cukup melimpah. “Dan dari sisi pengerjaan lebih cepat daripada aspal, karena penggunaan alat concrete paver pada konstruksi jalan,” imbuh dia. Penggunaan rigid pavement juga mempercepat waktu pekerjaan konstruksi perkerasan. Terkait dampaknya pada ban mobil saat kecepatan tinggi, secara regulasi kecepatan kendaraan di jalan tol Balsam telah dibatasi maksimal 80 km/jam. Hal tersebut telah diperhitungkan saat proses desain, yaitu penentuan kecepatan rencana sebagai dasar kriteria geometrik jalan. “Sebagai upaya preventif. Rambu-rambu peringatan batas maksimal kecepatan kendaraan telah dipasang di sepanjang ruas jalan tol Balikpapan Samarinda yaitu sebesar 80 km/jam, dengan tujuan agar pengendara dapat mematuhi dan memahami rambu tersebut,” bilang Hima Jaya. Imbauan melalui spanduk dan papan informasi VMS juga telah dipasang di jalan tol. Mengingatkan pengendara untuk senantiasa memeriksa kondisi ban. Memastikan kendaraan prima, serta menjaga konsentrasi saat berkendara, sehingga kejadian pecah ban dapat diminimalisasi dari kesadaran pengendara itu sendiri. Selain itu, Hima Jaya menambahkan bahwa kecepatan dibatasi 80 kilometer perjam (kpj) karena menyesuaikan kontur tanah di kalimantan yang berbukit bukit. Pengajuan desain 80 kpj juga telah disetujui Kementrian PUPR. Pertimbangan lainnya adalah efisiensi. Jika desain tol untuk kecepatan 100 kpj, maka jalan yang dibangun harus landai. Karena kontur tanah berbukit bukit membuat jalan landai itu membutuhkan biaya yang besar. Sehingga didesain 80 kpj. “Faktor keselamatan juga penting karena (kecepatan) di atas 100 kpj kendali kendaraan mungkin sangat sulit. Itu alasan teknis,” bebernya. Dengan begitu, maka waktu tempuh Balikpapan-Samarinda menggunakan jalan tol tak berselisih lama dengan waktu rata-rata menggunakan jalan raya. Selisihnya diperkirakan sekitar 40 menit. Dengan ongkos jalan tol yang akan dipatok Rp 1.000 per kilometer atau Rp 100.000 untuk Balikpapan-Samarinda, jumlah itu dinilai kemahalan. Soal itung-itungan ini, Hima Jaya mengembalikan ke masyarakat. “Apabila pengendara memilih jalan poros karena perbedaan waktu yang hanya selisih sedikit, tidak masalah. Karena jalan tol bukan jalan inti. Jalan tol jalan alternatif Balikpapan – Samarinda,” katanya. Pasrah. Namun melihat data pengguna jalan tol, Jasa Marga tak perlu risau. Selama masa ujicoba, rata-rata ada 10 ribu kendaraan yang melintas. Dan diperkirakan sampai tahun baru akan ada kenaikan. Jasa Marga mengaku masih mempelajari pergerakan dan kebiasaan pengguna kendaraan.  (fey/dah)

Tags :
Kategori :

Terkait