SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM – Mantan presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad dikabarkan akan kembali mencalonkan diri pada pilpres Iran tahun 2025 mendatang. Salah satu sumber terdekat Mahmoud mengatakan, ia sudah mulai adakan pertemuan rahasia dengan tim baru demi pencalonan tersebut.
Abbas Amirifar, seorang ulama yang memutuskan hubungan dengan Ahmadinejad mengatakan, mantan presiden yang terkenal tegas itu berharap Khamenei mengembalikannya ke kantor kepresidenan, jika terjadi kebuntuan politik. Ia mengatakan mantan presiden Iran lainnya, Mohammad Khatami, terlibat kerja sama politik dengan Khamenei, ulama pemimpin besar revolusi Islam Iran.
Konon atas dasar itulah, Ahmadinejad kecewa dan keluar dari koalisi bersama Khamenei, mengakibatkan hubungan keduanya retak. Padahal, Khamenei sendiri masih menaruh dukungan kuat untuknya. Amirifar bahkan tidak tanggung-tanggung menyebut Ahmadinejad sebagai orang yang sombong.
Dirinya juga mengkritik Sadeq Mahsouli, pemimpin partai ultrakonservatif Iran, Paydari, karena mengumpulkan kekayaan dalam keadaan yang meragukan. Amirifar mengklaim bahwa Mahsouli bahkan tidak memiliki rumah ketika ia mulai bekerja dengan Ahmadinejad.
Partai Paydari sendiri merupakan partai pemenang pada pemilu Iran 1 Maret lalu. Partai ini siap untuk mengendalikan parlemen baru yang akan mulai bersidang pada akhir Mei. Kaitannya dengan Ahmadinejad, Partai Paydari dikabarkan menjalin kedekatan dengan mantan presiden Iran tersebut.
BACA JUGA:Kuat Mana Militer Iran Vs Israel? Ini Perbandingannya...
"Ketika Ahmadinejad berselisih dengan Khamenei mengenai pilihan mereka untuk Menteri Intelijen, saya secara pribadi memperingatkan mantan Presiden agar tidak menentang ide-ide Khamenei. Saya mengatakan kepadanya: Anda tidak bisa menentang Khamenei," kata Amirifar dikutip IranInternational.com.
Ia bahkan dengan tegas menyataan, karir politik Ahmadinejad sekarang sudah tamat. Ahmadinejad sekarang telah berubah. Gosip yang beredar, Ahmadinejad bahkan mendukung keberadan kelompok gay. Kontroversialnya lagi, Ahmadinejad terang-terangan mendukung Ukraina dan menentang Invasi Rusia, yang nota bene merupakan negara sekutu Iran. Alhasil, pemerintaha saat ini tidak akan pernah mengizinkan dia masuk ke lingkaran kekuasaan lagi.
Amirifar menegaskan bahwa banyak dari mereka yang dulu bekerja dengan Ahmadinejad sekarang jutru keluar, dan memilih berkoalisi dengan Presiden Raisi.
Ahmadinejad saat mencalonkan diri pada pilpres Iran 2018 silam-AFP-
Banyak orang Iran termasuk beberapa tokoh reformis seperti Mantan Kepala Staf Presiden Khatami, Mohammad Ali Abtahi, juga memiliki pendapat yang sama. Abtahi mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Rouydad24 bahwa kaum ultrakonservatif yang menguasai parlemen adalah contoh nyata dari kaum radikal di kubu konservatif Iran.
Pada saat yang sama, ia pun mengkritik keberadan kelomopok ultrakonservatif di pemerintahan. Dikatakan bahwa mereka tidak hanya memperparah kesulitan bangsa tetapi juga memaksakan ideologi garis keras melalui kebijakan-kebijakan pemerintah. Seperti membatasi akses internet, yang ia ibaratkan sebagai menusuk mata bangsa.
Abtahi menekankan bahwa radikalisme ada batasannya. Dan apabila terlalu keras pada masyarakat Iran justru akan memicu reaksi keras pula. Ia menyoroti bahwa meskipun partai tersebut hanya memenangkan 300.000 suara, namun beberapa kadernya menganggap diri mereka telah mewakili suara 10 juta penduduk Teheran.
Bagi Abtahi, ini akan memicu respons negatif apabila mereka gagal memahami tuntutan masyarakat, terutama mengenai gaya hidup anak muda Iran.
Meskipun demikian, sebagian besar anggota parlemen yang baru tersebut tidak menganggap diri mereka sebagai wakil rakyat atau minta diakui sebagai wakil rakyat. Kondisi ini justru akan membuat rakyat semakin jauh dengan mereka. Apalagi jika partai mengusulkan undang-undang radikal, rakyat pasti tidak akan setuju.