NOMORSATUKALTIM - Pejabat Palestina mengkritik keras veto yang dikeluarkan Amerika Serikat (AS) atas resolusi Dewan Keamanan PBB. Resolusi tersebut mendesak adanya gencatan senjata kemanusiaan secepatnya di Gaza. Veto AS tersebut disebut sebagai "bencana" dan "aib" oleh pejabat Palestina.
Pengeboman Israel ke wilayah Gaza yang terkepung terus berlanjut. Puluhan korban jiwa dilaporkan tewas dalam serangan di Khan Younis, bagian selatan Gaza.
Dilansir Al Jazeera, Kementerian Kesehatan Palestina mengabarkan seorang remaja tewas ditembak tentara Israel di Tepi Barat bagian selatan yang diduduki Israel. Setidaknya 17.700 warga Palestina di Gaza telah meninggal dunia sejak 7 Oktober lalu. Lebih dari 48.800 orang mengalami luka-luka. Sementara itu di Israel, angka kematian resmi yang direvisi mencapai sekitar 1.147 jiwa.
Di tengah pemungutan suara resolusi konflik Israel-Palestina di Dewan Keamanan PBB yang sebagian besar mendesak adanya gencatan senjata, pasukan Israel dilaporkan terus mengebomi Jalur Gaza. Pengeboman dilakukan dari wilayah utara hingga selatan pada hari Sabtu, 9 Desember 2023 waktu setempat.
Serangan itu berlangsung setelah Amerika Serikat menggunakan hak vetonya di Dewan Keamanan PBB untuk melindungi sekutunya Israel dari desakan global agar segera menghentikan pertempuran. Sebanyak 13 negara anggota Dewan Keamanan PBB menyetujui resolusi gencatan senjata tersebut. Sementara Inggris memilih abstain atau tidak memberikan suara.
Sejak gencatan senjata berakhir pekan lalu, Israel memperluas serangannya ke daratan bagian selatan Jalur Gaza. Israel melancarkan invasi ke kota utama di selatan Khan Younis. Sementara itu, ketegangan pertempuran antara tentara Israel (IDF) dan Hamas meningkat di wilayah utara Gaza.
Menurut laporan Reuters, warga Khan Younis mengatakan bahwa pada hari Sabtu waktu setempat pasukan Israel memerintahkan penduduk di distrik lain di sebelah barat kota untuk mengungsi. Hal ini mengindikasikan akan ada serangan lebih lanjut di wilayah tersebut setelah penyerbuan awal pekan lalu.
Sebagian besar dari total 2,3 juta penduduk Gaza dipaksa mengungsi dari rumah mereka, banyak yang sudah beberapa kali melarikan diri. Dengan perang yang merebak di setiap wilayah, penduduk dan organisasi PBB menyatakan kini tidak ada tempat yang aman, meski Israel membantahnya.