Incar Pasar Milenial, Motif Terus Berinovasi

Jumat 29-11-2019,12:22 WIB
Reporter : admin3 diskal
Editor : admin3 diskal

Proses pencantingan motif batik Berau.(FERY SETIAWAN) Tidak ingin kalah saing dengan perkembangan kerajinan batik luar daerah. Pembatik Berau, terus berinovasi motif dan pengolahan, hingga bisa bernilai jual tinggi . FERY SETIAWAN, Tanjung Redeb MENGEMBANGKAN kerajinan batik tulis terus digaungkan di Bumi Batiwakkal. Perkembangan zaman yang menganggap batik adalah suatu produk yang kuno, membuat pengrajin batik terus melakukan inovasi tren batik Berau ke kalangan milenial. Syharil Darmawi, instruktur batik yang didatangkan langsung dari Samarinda ini untuk pelatihan membatik di Berau, mengajak masyarakat terlibat langsung dalam pembuatan kain batik. Kerajinan kain batik yang dilakukan di ruang pertemuan kantor lurah Tanjung Redeb Kamis (28/11), memberikan dampak positif dan dengan menggunakan bahan yang ramah lingkungan. "Di kegiatan ini, peserta di bebaskan untuk membuat pola sesuka hati mereka, tapi tidak terlepas dengan identitas Kabupaten Berau,"katanya kepada DiswayBerau. Dalam mengembangkan kerajinan batik, Syahril tak sendiri. Melainkan, bersama warga yang tergabung dalam kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Banuanta. "Ada batik cap dan batik tulis, sekarang sudah cukup dikenal,"akunya. Hasil karyanya bersama Pokdarwis Banuanta, sudah mulai dihargai. Khusus batik cap dijual sekitar Rp 200.000 per potong kain, sedangkan batik tulis sekitar Rp 350.000. Bukan hanya itu, dalam kegiatan tersebut, dirinya berhasil membantu masyarakat untuk membuat bantal kecil yang bermotif khas Bumi Batiwakkal. “Kalau harga bantal sendiri itu kisaran Rp 90.000 sampai Rp 100.000,”ujarnya. Disebutkannya, batik dengan motif biota laut sekarang yang menjadi karya unggulan yang sedang dicanangkan untuk ditampilkan. "Saya rasa untuk harga batik motif hiu, penyu, dan ubur-ubur itu bisa jual dengan harga Rp 400.000 sampai Rp 500.000," katanya. Lanjutnya, dalam kegiatan ini, diikuti oleh 20 orang pembuat batik. Bukan hanya kaum wanita, dalam kegiatan tersebut tampak pula beberapa orang pria yang sedang mencoba menggoreskan lilin panas di atas motif kain. "Siapapun yang ingin belajar itu dipersilakan, jadi jangan kira membatik ini hanya untuk kaum wanita saja. Pria juga bisa kalau memang ada kemauan,"ucapnya. Diungkapkannya, kerajinan masyarakat ini telah berkembang dan memiliki banyak motif. Adapun motif batik yang menjadi produk andalan adalah batik Rutun dan Whale shark. "Saya yakin batik ini akan menjadi identitas bagi masyarakat Berau," ucapnya. Lanjutnya, dengan adannya kegiatan positif seperti ini, akan memberikan dampak yang luar biasa terhadap perekonomian warga. Di beberapa daerah, peningkatan penghasilan cukup banyak dirasakan oleh warga, pendapatan warga dalam penjualan kain batik per bulan bisa mencapai Rp 1.000.000 hingga Rp 1.500.000. Hasil karya batik warga ini, nantinya akan diserahkan kembali kepada masyarakat setelah mereka berhasil menyelesaikan kain batik tersebut dan menampilkannya di muka umum.(*/app)

Tags :
Kategori :

Terkait