NAMA saya pun sebaiknya diganti: menjadi Dahlan Iskandarshah. Yang minta, Anda sudah tahu: Chandra Adiwana. Ia seorang ahli nama dan logo asal Aceh kelahiran Medan (Disway kemarin).
Nama Dahlan Iskan ia nilai seperti Indonesia: kurang baik, kurang hoki, sakit-sakitan.
Saya akhirnya bisa bicara dengan Chandra. Kemarin. Ngobrol panjang. Di akhir obrolan saya pun bertanya: mengapa nama Dahlan Iskan kurang baik.
"Terputus," katanya. "Namanya terpotong".
Tahun 2005 ternyata Chandra telah menggambarkan jabatan saya tidak akan ditambah di tahun 2014. "Bulan sembilan energi menurun, bahkan teman sendiri bisa ambil aset Kanjeng," kata Chandra. Meski baru sekali ini bertemu ia panggil saya begitu.
"Orang pada tidak percaya. Padahal kalau nama ditambah DACHLAN ISKANDARSHAH energi raja uang terus menerus hadir," katanya. "Nama yang sekarang harus banyak berjuang. Kalau waktu itu JAWA POST dan Majalah LIBERTY tahu dan mempertemukan kita tentu sudah beda negeri ini," katanya.
Waktu tidak bisa diputar balik.
"Kenapa orang Aceh lahir di Medan?" tanya saya.
"Bapak saya keturunan raja Sigli. Kawin dengan keturunan raja Langkat. Tinggal di Medan. Ayah jadi pedagang," ujar Chandra.
Di Medan itu ia sekolah SD. Lalu, ayahnya mengirim Chandra ke SMP dan SMA Asy Syafi'iyah Jakarta. Itu pesantren milik tokoh besar NU KH Abdullah Syafi'i.
Chandra memang keturunan NU. Kakeknya adalah ketua Syuriah NU Deli Serdang.
"Leluhur saya dari Banten. Keturunan Sunan Kalijogo dan Sunan Muria," kata Chandra.
Sejak SD Chandra mengamalkan bacaan salawat nabi. Tiap hari. Siang dan malam. Sehari ia bersalawat puluhan ribu kali. "Saya dapat ilham untuk melakukan itu," katanya.
Meski kuliahnya di Akademi Pimpinan Perusahaan (APP) tapi yang ia pelajari lebih serius adalah soal nama dan logo. Akhirnya ia ahli nama dan logo, terkait dengan hoki.
Waktu masih SD ia mengatakan bahwa Ibrahim Hasan akan jadi gubernur Aceh dua periode. Lalu jadi menteri. Ternyata benar.
Sewaktu Jokowi jadi wali kota Solo, ia menemui beliau. Katanya: Bapak akan jadi gubernur Jakarta lalu jadi presiden dua periode. "Benar kan?".