Orangtua Keluhkan Biaya Seragam Sekolah, Legislator: Jangan Bebani Warga

Jumat 28-07-2023,15:36 WIB
Reporter : Rudi Agung
Editor : Rudi Agung

“Jadi kebijakan dinas pendidikan itu tidak ada lagi baju yang dijual di luar dari itu. Apalagi untuk anak-anak sekolah yang baru masuk, kan sudah disiapkan,” ujarnya.

Atas Nama Koperasi

Salah satu warga Balikpapan Tengah, Imam, mengeluhkan biaya seragam di sekolahan anaknya. Ia bahkan harus merogoh dana sebesar Rp 2,2 juta untuk membeli seragam tersebut.

"Bilangnya bukan sekolah yang jual, tapi koperasi. Masalahnya, koperasi itu ada di sekolah. Dan kita tidak diberi pilihan membeli dari luar," keluhnya.

Pada Jumat (28/7/2023), ia juga mengirim nota pembelian seragam sekolah yang total biayanya sampai jutaan.

Sejumlah item itu, di antaranya, jilbab putih Rp 70 ribu, jilbab abu-abu Rp 70 ribu, jas almamater Rp 250 ribu, kaos olah raga Rp 200 ribu, dan seragam lain. Yang totalnya mencapai Rp 2.275.0000.

Imam mengaku membeli seragam sekolah untuk SMA negeri di Balikpapan.

Kwitansi seragam total jutaan, tanpa rincian item. (Ist)

Lain hal dengan Tini, warga Balikpapan Utara. Ia pun harus merogoh kocek jutaan untuk seragam sekolah anaknya. Yang baru masuk SMP negeri di kota ini. Kalau Imam, ada rincian biaya per item, Tini tidak.

"Kami hanya dikasih kwitansi, tanpa rincian biaya per seragam. Totalnya Rp 1,1 juta. Harganya jelas lebih mahal dibanding harga pasaran di luar," keluhnya, Jumat.

Ia meminta pihak terkait untuk memperhatikan masalah ini. "Namanya orangtua pasti diada-adain. Kalau enggak, nanti anak bisa minder, psikologisnya bisa terganggu," ujarnya.

Ia pun heran, Pemerintah Balikpapan telah memberi seragam gratis. Tapi orangtua siswa masih dibebankan biaya seragam lain di sekolah. "Emang bukan sekolah yang jual, koperasi. Masalahnya koperasinya di sekolah juga. Kita gak bisa beli di luar yang lebih murah," sungutnya. (*/ Adhi/ rap)

Reporter: Adhi Suhardi

Tags :
Kategori :

Terkait