Fenomena Aldi Taher

Jumat 23-06-2023,05:30 WIB
Reporter : Rudi Agung
Editor : Rudi Agung

Nama Aldi Taher kembali menjadi perbincangan jagat maya. Di beberapa platform sosmed, videonya kerap viral. Video wawancara dengan tv mainstream, video podcast atau videonya saat konser.

Sejak dulu, sosok Aldi dikenal sebagai artis, aktor, pelawak, model, penyanyi, penulis lagu, MC, dan presenter. Ia jebolan model majalah Aneka Yess, majalah tren anak muda di era 90 an dan 2000 an. Satu grup band dengan Raffi Ahmad sekitar 2008. Ia juga pernah menjadi finalis MTV VJ Hunt. Membintangi sedikitnya lima film, belasan sinetron, dan menelurkan belasan single. Sejak dulu wajahnya mondar mandir di layar kaca, mulai acara musik, komedi hiburan sampai sinetron. Deretan jejaknya di dunia entertaint begitu panjang. Dari nasabnya, juga tak main-main. Aldi Taher cucu Professor Moeslim Taher, sang pendiri Universitas Jayabaya. Salah satu kampus swasta bonafid dan terkemuka di Indonesia, yang didirikan tahun 1958. Sang kakek juga pernah menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung era Soeharto. Sebagai pengingat, Dewan Pertimbangan Agung berfungsi memberi masukan kepada presiden. Namun, paska amandemen UUD 1945, lembaga tinggi negara itu dihapuskan pada 31 Juli 2003. Singkatnya, bibit bebet bobot Aldi Taher tidak sembarangan. Di dunia politik, ia juga beberapa kali menunggangi perahu partai berbeda. Dari PKS, Golkar, PBB, sampai Perindo. Tapi beberapa kali pula gagal menjadi kepala daerah dalam Pilkada. Tahun 2020 maju sebagai calon Bupati Cianjur bersama PKS. Di tahun sama, pernah maju sebagai bakal calon wakil gubernur Sumbar dari jalur independen, tapi tak memenuhi syarat. Masih di tahun 2020, maju kembali di Pilgub Sulteng sebagai bakal calon wakil gubernur tapi tak dapat tiket partai. Akhirnya ia menyatakan diri masuk ke Golkar. Hanya setahun. Tahun 2021 gabung ke PBB. Selang dua tahun bergabung ke Perindo. Kemunculan Aldi kerap menjadi sasaran bully netizen. Sikap tak biasanya menjadi perbincangan dimana-mana. Setahun ke belakang, hinaan terus menerpanya. Direndahkan sedemikian rupa. Ia kerap dinarasikan sebagai orang bodoh, stres, sampai gila. Tapi, ia tetap tegar menerima semua. Belakangan, namanya kembali mencuat saat terdaftar sebagai bakal caleg DPR RI dari Perindo sekaligus bakal caleg DPRD DKI Jakarta dari PBB. Tapi dari titik itulah, ia diundang podcast kemana-mana. Dari podcast Ruben sampai acara di tv swasta. Dari konser tunggal hingga cover lagu Coldplay. Lagu ciptaannya soal Messi dijadikan lagu latar untuk salah satu unggahan di akun centang biru Instagram dan TikTok FIFA @fifaworldcup. Dari obrolan di Podcast Ruben, terungkap, Aldi Taher penyintas kanker. Enam kali kemoterapi. Ia juga merawat ibunya yang stroke, menjadi tulang punggung bagi anak dan istrinya. Di video lainnya, ia juga mengungkap, apa yang dilakukannya sekadar untuk menghibur. Apapun dilakukannya untuk menafkahi keluarga. Hartanya habis saat melalui perjuangan melawan kanker. Untuk menjaga kesehatannya ia harus ceria, gembira tidak boleh stress. Tidak mudah menjaga hal itu. Tidak heran, aksi-aksi konyolnya ampun-ampunan. Yang kerap mengundang perbincangan. Pernah saat di panggung, hari sudah senja. Ketika membawakan lagu Oasis, ia menghentikan aksinya tiba-tiba. Kemudian mengingatkan ribuan penontonnya untuk shalat. Lalu, meninggalkan panggung begitu saja. Aksinya ditertawakan, tapi juga diberi applause yang meriah. Videonya viral. Para netizen banyak yang memberinya apresiasi. Sejauh ini, bisa dibilang, Aldi Taher satu-satunya caleg DPR RI, yang namanya terus mencuat. Melambung tinggi dengan pelbagai penilaian positif dan negatifnya. Jangan lupa, ia seorang entertainer. Bintang lama, yang masih bisa bertahan di tengah gempuran persaingan artis-artis baru yang muda dan segar. Ia juga seorang caleg yang mengincar kursi di Senayan. Bisa dibilang, mungkin, satu-satunya caleg paling konyol tapi jujur. Saat seorang host bertanya, apa motivasinya menjadi caleg, Aldi Taher menjawab: untuk mencari nafkah keluarga. Sungguh, jujur sekali. Potongan video itu pun viral. Banyak netizen mengapresiasi. Bahkan saling mengajak untuk mencoblosnya. Dengan pelbagai motif ajakan mereka. Psikologis politisi itu hanya dua. Pertama, bagaimana mendapatkan kursi. Kedua, bagaimana mempertahankan kursi atau meraih kursi yang lebih tinggi. Dari kota ke provinsi, dari provinsi ke Senayan. Itu saja. Yang ujungnya jika sudah jadi, kekayaannya bertambah. Hartanya bisa untuk nafkah. Perjuangan untuk konstituen, masyarakat apalagi negara hahaha, itu gimmick saja. Lips service berulang yang menggema lima tahun sekali. Bukan prioritas. Yang makin marak, justru mengajak istrinya atau suaminya, anaknya, adiknya, kakaknya, iparnya, koleganya menjadi caleg atau kepala daerah juga. Membentuk dinasti keluarga atas nama rakyat agar sentosa. Memang rakyat selalu seksi jadi produk jualan mereka. Tapi patut diingat, saat ini masyarakat sudah jenuh dengan janji-janji politik. Bahkan, sudah sangat muak. Sudah benci dengan praktik dinasti. Nah, dengan personal branding ala Aldi Taher yang blak-blakan dan apa adanya, konsep begitu malah mulai digandrungi masyarakat. Terlepas aksi Aldi sekadar gimmick, tapi dalam kaca mata politik, popularitas Aldi Taher sebagai caleg kian melambung. Strategi politiknya bisa dianggap ciamik. Ia orang cerdas. Bahkan begitu jenius memainkan pencitraan dirinya dengan berpura bodoh. Rakyat lebih suka yang berpura bodoh, merendah tapi jenius dan baik hati. Dibanding yang cuap-cuap janji, berlagak punya banyak visi misi, tapi saat terpilih hanya menumpuk kekayaannya untuk diri sendiri. Di tahun politik ini, wabil khusus bagi para caleg, jadilah diri sendiri. Sudahi menebar janji-janji basi tanpa bukti. Bersolek lah apa adanya, tanpa harus mengotori diri mengumbar banyak janji yang cuma nyangkut di bibir. Suguhkan gagasan yang realistis, bukan janji manis. Percayalah, dengan cara itu, raihan suara bisa meningkat drastis. Rakyat sudah lelah terus ditipu, dikibuli dan disuguhi janji tanpa bukti. Setuju kan? Aha, mumpung hari Jumat, ayo kita perbanyak Shalawat. Shalaallahu alaa Muhammad. *Rudi Agung, penikmat Geopolitik. 
Tags :
Kategori :

Terkait