NFA: Empat Komoditi Pangan Naik 10% Lebihi Harga Acuan

Selasa 30-05-2023,17:09 WIB
Reporter : Rudi Agung
Editor : Rudi Agung

Nomorsatukaltim.com – Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) mencatat, ada empat komoditas yang kenaikan harganya lebih besar 10% di atas harga eceran tertinggi atau harga acuan pembelian. Empat komoditas pangan itu, jagung di tingkat peternak per 27 Mei 2023, harganya 24,78% lebih besar dari harga acuan pemerintah. Lalu garam konsumsi juga mengalami kenaikan 19,34% lebih tinggi dari harga acuan pemerintah. Ketiga, beras medium di zona 3 naik 15,61% lebih besar dari harga eceran tertinggi. Keempat telur ayam ras yang naik 14,39% lebih besar dibanding harga acuan pemerintah. "Kita mengevaluasi harga, kemarin rata-rata minggu lalu, rata-rata bulan lalu dan rata-rata tahun lalu, dan kita bandingkan ternyata benar ada empat komoditas yang kenaikan harganya lebih besar dari 10% di atas HET atau HAP," ungkap Deputi Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Pangan Nasional, Andriko Noto Susanto dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah, dikutip pada Selasa (30/5/2023). Ia menjelaskan, untuk harga jagung di tingkat peternak yang naik memicu harga ayam dan telur naik. Saat ini hampir di seluruh provinsi sentra peternak telur harga jagung di tingkat peternak naik. Adapun kenaikan harga jagung pakan tertinggi terjadi di provinsi Riau sebesar Rp 7.370 per kilogram. "Penyebab kenaikan harga ini yang pertama memang ada peningkatan konsumsi jagung kita. Kedua biaya operasional pupuk tinggi dan biaya produksi alat yang belum optimal," ujarnya. Menyikapi kenaikan harga jagung pakan, Badan Pangan Nasional beserta Dinas Ketahanan Pangan Provinsi terus melakukan kegiatan fasilitasi distribusi pangan. Andriko menyebut, pemerintah daerah juga dapat melakukan intervensi melalui fasilitasi distribusi pangan, atau pemberian insentif kepada peternak UMKM sesuai dengan ketersediaan anggaran masing-masing. Kemudian kenaikan harga garam dikarenakan adanya penurunan produksi garam di beberapa wilayah sentra akibat gagal panen karena cuaca basah. Sedangkan untuk kenaikan harga beras medium di zona 3, Andriko berharap Bulog mempercepat pendistribusian beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan. Menurutnya, untuk kenaikan harga telur ayam ras salah satu penyebabnya adalah harga pakan yang naik. Selain itu, adanya kenaikan permintaan beberapa hari terakhir di masyarakat. "Adanya acara-acara hajatan yang menyebabkan konsumsi telur kita meningkat," kata Andriko. Di Balikpapan, sudah sepekan lebih, harga telur ayam masih melonjak naik. Biasanya masyarakat masih bisa membeli Rp 58 ribu per piring, kini harga minimalnya Rp 62 ribu per piring. Satu piring berisi 30 butir telur. Lonjakan harga telur ayam, itu diakui Alia pedagang eceran di Jalan Pattimura Balikpapan Utara. Mau tak mau, ia terpaksa menaikan harganya. “Sudah seminggu lebih harganya naik,” ujarnya, Senin (29/5/2023). Ia menjual telur dengan dua jenis, ukuran kecil dan besar. Yang kecil, biasanya dijual Rp 58 ribu, kini dijual Rp 62 ribu. Yang besar dari Rp 62 ribu menjadi Rp 68 ribu per piring. Jika dikonversi ke harga satuan, harga telur per butirnya Rp 2.200 – Rp 2.300. Ia mengaku telur yang dijualnya berasal dari Sulawesi. Di sejumlah pasar tradisional, dari pantauan, juga mengalami kenaikan. Bahkan ada yang sampai di harga Rp 2.400 per butir. Dikonfirmasi, Kepala Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan Balikpapan, Sri Wahyuningsih, mengamini terjadinya kenaikan harga telur ayam. Kenaikan ini terjadi hampir merata di seluruh Indonesia. Menurut Yuyun, sapaan karib Sri Wahyuningsih, selama ini kebutuhan telur untuk masyarakat Balikpapan diimpor dari luar kota. “Disupport dari Jatim dan Sulawesi. Karena masih minim produksi peternak ayam petelur,” jelas Sri, Senin. Ia mengungkapkan peternak ayam petelur di Balikpapan hanya ada di tiga lokasi. “Peternak petelur semuanya ada di Balikpapan Utara. Ini tidak memenuhi stok di kita. Karenanya sebagian besar telur dari luar wilayah Balikpapan,” jelasnya. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait