Puluhan Eksportir Kumpul Bahas Direct Call

Rabu 20-11-2019,22:45 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Pelabuhan PT Kaltim Kariangau Terminal (KKT). (ist)

Samarinda, DiswayKaltim.com – Upaya mewujudkan pelayaran langsung ekspor (Direct Call-DC) melalui Balikpapan terus dilakukan. Kecukupan komoditas yang menjadi persoalan terus dicarikan solusi.

Dinas Perdagangan, Perindustrian, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop dan UKM) Kaltim termasuk getol. Sebanyak 20 eksportir baru dikumpulkan, Rabu (20/11/2019) pagi.

Tujuannya, mendorong eksportir mengirim komoditasnya melalui direct call di Pelabuhan Internasional PT Kaltim Kariangau Terminal Balikpapan.

Kepala Bidang Perdagangan Disperindagkop dan UKM Kaltim Heni Purwaningsih mengungkapkan, direct call memerlukan komoditas ekspor dalam jumlah besar.

Barang ekspor di Kaltim masih didominasi kayu. Perlu dukungan komoditas lain untuk memenuhi kuota dalam pelayaran langsung di Kariangau.

“Konsolidasi ini merupakan rangkaian proses untuk menuju direct call. Ini eksportir di luar sektor yang sudah ada. Kalau sektor lain, sudah kita data,” jelas Heni kepada Disway Kaltim.

Kata dia, terdapat sejumlah kendala yang dihadapi eksportir. Pertama, soal pasokan. Ada sejumlah komoditas yang mempunyai pangsa pasar di luar negeri, namun suplainya masih kurang.

Heni mencontohkan pisang. Pasar ekspor komoditas ini sudah tersedia. Salah satunya di Malaysia. Suplai pisang masih sangat minim.

“Karena program di sektor ini belum mendukungnya. Kendala alih fungsi lahan juga. Jadi ini perlu dikomunikasikan dengan lintas sektor. Kita sepakat meningkatkan ekspor. Tapi perlu dukungan dari semua sektor,” ujarnya.

Kedua, sertifikasi produk. Sejumlah eksportir kesulitan mendapatkan sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Alasannya beragam. Salah satunya biaya yang relatif besar untuk mengurus sertifikasi halal. Sementara UKM pada umumnya masih mengandalkan modal kecil.

Ketiga, sejumlah pelaku usaha masih menganggap ekspor komoditas itu menakutkan. Penuh dengan tantangan dan ketidakpastian.

“Padahal tidak begitu. Ini masukan bagi kami. Supaya ke depan kami mensosialisasikan prosedur ekspor,” katanya.

Terakhir, masalah modal. Pelaku ekspor menghadapi kendala akses modal yang minim. Heni meyakinkan, eksportir perlu memanfaatkan bantuan modal dari pemerintah.

“Juga upaya-upaya lain. Perlu sinergi juga. Kalau ekspor komoditas, bisa gabung beberapa eksportir. Jadi modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar,” jelas Heni. (qn/eny)

Tags :
Kategori :

Terkait