Nomorsatukaltim.com - Tentara Nasional Indonesia (TNI) mengakui masih ada lima prajuritnya yang belum diketahui nasibnya hingga saat ini. Ketidak jelasan lima prajurit TNI itu masih terus didalami usai penyerangan dan kontrak senjata yang dilakukan separatisme OPM. Kontak senjata dengan Organisasi Papua Merdeka, itu terjadi di Pos Mugi-Mam, di Nduga, Papua Pegunungan. Kepala Staf Umum TNI Letnan Jenderal, Bambang Ismawan memastikan pasukan militer akan dikerahkan untuk segera mencari dan menemukan lima prajuritnya itu. Letjen Bambang memastikan, dari laporan resmi yang diterima Mabes TNI sampai dengan Senin (17/4/2023) masih tercatat satu prajuritnya yang dipastikan gugur karena serangan sayap bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) itu. “Tadi siang terakhir saya komunikasi dengan yang ada di lapangan, jadi kepastian yang gugur itu satu orang. Yaitu Pratu Arifin,” ujar Letjen Bambang, dikutip dari ROL, Senin (17/4/2023). Almarhum Pratu Arifin yang gugur itu, prajurit Yonif Raider 321/GT Divisi Kostrad. Letjen Bambang menegaskan, Pratu Arifin meninggal dunia karena tertembak. “Kena tembak,” imbuhnya. Upaya pertolongan terhadap Pratu Arifin tak dapat dilakukan. Sebab, sergapan kelompok bersenjata OPM terjadi dengan tiba-tiba. “Itu penyergapan yang membuat prajurit terpencar. Sampai tadi siang, terkonfirmasi lima, kalau nggak salah lima yang belum diketahui. Dan yang lainnya, tadi siang, disampaikan sudah kembali ke pos-pos masing-masing,” ujar Letjen Bambang. Lima prajuritnya yang belum diketahui keberadaannya itu, kata Letjen Bambang belum dapat dipastikan apakah gugur atau selamat. Namun, sebagai prajurit TNI yang terlatih, dijelaskan Letjen Bambang, kelima prajurit yang belum diketahui nasibnya itu dapat bertahan dalam kondsisi darurat sekalipun jika masih dalam kondisi bernyawa. “Yang lima itu ada dari 321 (Yonif Rider) ada yang dari Kopassus,” jelasnya. Ia menyampaikan, simpang-siur adanya prajurit TNI yang disandera para separatisme itu tak benar. Termasuk juga soal perampasan sembilan pucuk senjata tempur milik TNI. “Jadi berita simpang-siur itu tidak benar (penyanderaan). Karena tadi siang sudah ada yang kembali. Jadi satu yang terkonfirmasi sudah gugur, dan yang lainnya itu sudah kembali ke posnya masing-masing,” tegasnya. Terkait senjata yang dirampas Kelompok Separatisme Terorisme Papua juga tidak benar. Senjata kembali semua. Soal upaya evakuasi jenazah Pratu Arifim, sambung Letjen Bambang, sampai hari ini belum dapat dilakukan. Hal tersebut dikatakan dia karena situasi keamanan, ditambah faktor cuaca yang tak menentu di lokasi penyerangan yang menghambat upaya penjemputan jenazah. Ia memastikan Panglima TNI, bersama Kepala Staf Angkatan Darat, dan Panglima Kostrad, serta beberapa personel tinggi dari Mabes TNI, pada Senin (17/4/2023) sudah bertolak ke Timika, Papua untuk mengetahui langsung terkait situasi di Nduga pascapenyerangan di Pos Mugi. Letjen Bambang mengaku keberangkatan para personel tinggi dari Mabes TNI itu untuk memastikan apa yang harus dilakukan. Termasuk apa yang menjadi kebutuhan untuk strategi lanjutan dari TNI sebagai respons militer pascapenyerangan di Nduga. “Panglima bersama KSAD, Pangkostrad, dan asisten lainnya ke sana, untuk memastikan keadaan, dan melihat kebutuhan di sana,” ujar Letjen Bambang. Penyerangan kelompok separatisme bersenjata itu terjadi atas respons terhadap pasukan TNI dan Polri yang melakukan operasi militer di Nduga di Papua Pegunungan untuk misi membebaskan Pilot Susi Air, Kapten Philips Mark Marthen yang sudah dua bulan dalam penyanderaan. Pilot berkebangsaan Selandia Baru itu disandera KSTP sejak 7 Februari 2023 saat penyerangan di Lapangan Paro. Sampai hari ini Kapten Philips belum dapat dibebaskan. (*)
Paska Serangan OPM, Nasib Lima Prajurit TNI Belum Diketahui
Senin 17-04-2023,21:00 WIB
Editor : Rudi Agung
Kategori :