Pemkab Kutim Arahkan KEK MBTK Jadi Sentra Olahan Kelapa Sawit

Selasa 15-03-2022,18:44 WIB
Reporter : Hafidz Prasetyo
Editor : Hafidz Prasetyo

Kutim, nomorsatukaltim.com – Situasi kelangkaan minyak goreng di Kutai Timur (Kutim) bisa dinilai sebuah anomali. Lantaran kabupaten pecahan Kutai itu memiliki lahan perkebunan sawit terluas di Kaltim. Agar kondisi serupa tak terulang, Pemkab Kutim mengarahkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK) dapat jadi sentra produk olahan kelapa sawit. Para investor diminta agar dapat membuat pabrik pengolahan minyak goreng dan mentega. Sehingga stok minyak goreng di Kutim pun bisa dipasok langsung dari pabrik yang ada. Menurut Bupati Kutim, Ardiansyah Sulaiman, Kutim sebenarnya didesain untuk mengedepankan agroindustri dan agribisnis. “Namun sayangnya hal tersebut tidak jadi fokus pembangunan sejak awal Kutim berdiri. Sehingga meski kebun sawitnya luas, kita tetap mengalami kelangkaan minyak goreng,” ucap Ardiansyah. Menurutnya kelangkaan minyak goreng tidak perlu terjadi di Kutim. Bahkan bisa saja Kutim jadi pemasok minyak goreng ke daerah lain di Kaltim. Hanya saja pengembangan industri hilir kelapa sawit ini terlambat dikembangkan. “Seandainya agroindustri dan agribisnis ini diterapkan dari dulu kita tidak mengalami persoalan di situasi seperti sekarang,” tuturnya. Namun kini yang terpenting adalah bagaimana mengembangkan indutri hilir kelapa sawit ini. Salah satu cara dengan memanfaatkan KEK MBTK untuk menjadi kawasan industri minyak goreng. Apalagi diketahui sejauh ini sudah ada investor yang masuk dan merupakan perusahaan kelapa sawit. “Dalam waktu dekat kami akan arahkan perusahaan untuk membuka pabrik minyak goreng di sana. Semoga untuk Badan Usaha Pembangunan dan Pengelola (BUPP) KEK Maloy bisa segera tuntas,” bebernya. Untuk diketahui, upaya hilirisasi industri kelapa sawit ini tentu diharapkan dapat mendongkrak perekonomian daerah. Sekaligus pula untuk memutus ketergantungan Kutim terhadap produk olahan sawit dari daerah lain. Salah satu contohnya adalah minyak goreng. “Jadi memang sudah saatnya ada pabrik olahan kelapa sawit di sini. Dan ini sesuai dengan rencana pembangunan Kutim jangka panjang,” bebernya. Apalagi di Kutim sendiri ada 450 ribu hektar kebun kelapa sawit. Sejauh ini baru ada 34 pabrik pengolah Crude Palm Oil (CPO) yang tersedia. Minyak mentah sawit itu pun tetap di bawa ke luar daerah untuk diolah lagi menjadi produk turunan. “Jadi sawit kita melimpah, seharusnya kita bisa atasi kelangkaan ini,” tandasnya. (bct)

Tags :
Kategori :

Terkait