BALIKPAPAN, nomorsatukaltim.com – Kenaikan harga pupuk dimanfaatkan oleh pihak tak bertanggungjawab untuk meraup keuntungan. Salah satu caranya, dengan mengedarkan pupuk palsu. Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (DPN APTRI) menemukan adanya pupuk ZA nonsubsidi palsu di sejumlah daerah. Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional APTRI, Soemitro Samadikoen menyebut harga pupuk palsu nonsubsidi dijual lebih murah dengan banderol Rp 4.800 per kilogram. Sementara harga pasaran di Pulau Jawa mencapai Rp 6 ribu per kilogram. Keberadaan pupuk palsu yang diduga akibat tingginya harga pupuk, semakin ‘memukul’ petani. Alih-alih ingin mendapat harga murah, hal tersebut malah jadi merugikan mereka karena tanaman yang ada justru menjadi rusak. Hal ini terjadi akibat pupuk palsu diambil dari berbagai macam unsur tak karuan. Tak terkecuali lempung dan genteng. Padahal dalam proses pembuatan pupuk asli, terdapat berbagai komponen yang sudah melalui berbagai penelitian untuk nantinya disesuaikan dengan kebutuhan jenis tanaman yang akan ditanam. Menurut Vice President Marketing Business Partner Korporasi Pupuk Kaltim, Jefri Limeisa Putra, sekilas pupuk asli dan palsu memang tidak jauh berbeda jika dilihat dari kemasan luar. Padahal jika diperhatikan lebih lanjut, ada perbedaan yang cukup signifikan. Contohnya saja ada permainan tulisan pada kandungan pupuk. Misalnya, pupuk SP 36 yang dipalsukan dengan keberadaan titik yang sangat kecil menjadi SP 3.6. Hal ini tentu membuat kandungan pupuk jadi tak karuan, bisa mengambil dari pecahan genteng maupun lempung. “Cara tepat yang harus dilakukan sebenarnya perlu diadakan uji lab. Namun karena sulitnya akses tersebut bagi petani dan masyarakat luas, salah satu cara cepat yang bisa dilakukan adalah dengan melihat bentuk kemasan dan juga komponen desain pada kemasan,” kata Jefri dalam keterangannya. Jefri merinci beberapa hal yang bisa diperhatikan petani sebelum membeli pupuk, antara lain: di bagian kemasan, inner karung pada pupuk asli akan lebih kuat dibanding yang palsu. Selain itu, warna sablon juga cenderung lebih pekat. Beberapa detail lain yang perlu diperhatikan dalam kemasan antara lain tercantumnya nama produsen, kandungan, kode SNI dan NPP, dan juga lokasi produksi. Petani juga bisa membuka halaman https://pestisida.id/pupuk_app/pendaftaran_anorganik.php untuk melakukan pengecekan NPP produk di karung bagian belakang pada website. Cara lain untuk menilai pupuk tersebut asli atau tidak, ialah dengan mengidentifikasi pupuknya secara langsung. Baik dari tekstur, bau, maupun rasa. Sebagai salah satu produk unggulan dan idola para petani, Jefri mengidentifikasi mana NPK Pelangi yang palsu dan asli dalam bentuk butiran warna warni yang menjadi ciri khas pupuk tersebut. Seperti namanya, NPK memiliki 3 unsur utama, antara lain Nitrogen (N), Phospat (P) dan Kalium (K). Untuk unsur N, urea asli baunya cukup menyengat. Saat dipecah, warna bagian luar dan dalam juga sama. Lalu untuk unsur P2o5-Dap, Dap asli bisa dijilat dan terasa asam. Berbeda dengan pupuk palsu yang tidak memiliki rasa asam. Jika dipecah, antara bagian dalam dan luar juga memiliki warna sama. Terakhir untuk unsur KCl, pupuk asli berwarna merah, sedangkan yang palsu berwarna kuning. Dengan tekstur yang tak mudah hancur, saat dipencet juga tidak menimbulkan sakit. Sebagai salah satu bagian dari pelaku industri pertanian, PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) terus memberikan pembinaan, baik ke petani, para distributor maupun dinas pertanian setempat mengenai jenis-jenis pupuk maupun keaslian pupuk tersebut. Dalam hal kualitas, PKT juga sudah memiliki SNI platinum dengan adanya pengujian di setiap tahapannya. “Kualitas dan kuantitas pembuatan pupuk terus menjadi fokus dari PKT. Karena itu, pengujian terus kami lakukan baik itu saat produksi maupun sampai pupuk sudah masuk ke dalam karung (uji petik) untuk memastikan produk tersebut sudah layak untuk digunakan,” jelas Jefri. Jefri pun terus mengimbau agar petani dapat membeli pupuk langsung dari kios resmi yang sudah ditandai spanduk maupun distributor terpercaya. (*)
Ada Lempung dan Genteng Dalam Pupuk Palsu!
Selasa 01-03-2022,19:22 WIB
Editor : Yoyok Setiyono
Kategori :