Atasi Blank Spot di Desa, Pemprov Butuh Rp 2,5 Miliar

Minggu 03-11-2019,17:45 WIB
Reporter : bayong
Editor : bayong

Diddy Rusdiansyah. (istimewa)

Samarinda, DiswayKaltim.com - Blank spot di Kaltim disebut menurun. Dari 33 persen turun menjadi 28 persen. Biaya yang dibutuhkan mencapai Rp 2,5 miliar.

Kepala Diskominfo Kaltim Diddy Rusdiansyah menyebut koneksi internet harus merambah hingga ke desa-desa.

Jika sebelumnya blank spot tersisa 33 persen, saat ini sudah turun menjadi 28 persen.

Bahkan blank spot di Mahakam Ulu, kata Diddy telah tuntas.

“Ini komitmen gubernur dan presiden membangun negara dari pinggiran,” ucap Diddy.

Diddy menyebut setelah menuntaskan blank spot di Long Pahangai dan Long Apari, Mahakam Ulu, pemprov langsung fokus ke Maratua, Berau.

Kawasan terdepan di Benua Etam ini ditargetkan tuntas sebelum masa jabatan gubernur selesai pada 2023.

“Kemudian menyisir daerah tertinggal lainnya,” ulas Diddy.

Meski demikian, upaya menyambungkan koneksi antardaerah ini dilematis. Sebab, pembangunan tower ini merupakan beban anggaran pemerintah pusat.

Sehingga Pemprov Kaltim sangat bergantung pada APBN.

“Kami akan perjuangkan anggarannya. Kami tekan blank spot hingga 2023,” papar pejabat berkacamata itu.

Ia mengungkapkan untuk menuntaskan sisa blank spot.kebutuhan anggarannya berbeda tiap lokasi.

Mengatasi blank spot dengan cara membangun tower. Untuk membangun tower, harus menyiapkan base transceiver station (BTS).

Untuk bisa mengoperasikan BTS harus ada suplai listrik. Beberapa masalah di daerah pedalaman itu, sebut Diddy, tak ada suplai listrik.

“Jadi kami gunakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS),” urainya.

Ia menjelaskan, ketinggian tower di Kaltim harus 70 meter. Proses ini memakan biaya transportasi yang besar. Untuk BTS bisa dikerjasamakan dengan operator telekomunikasi.

Estimasinya dari satu unit tower memakan biaya sebesar Rp 2,5 miliar.

“Belum lagi biaya pemeliharaan,” pungkasnya. (hdd/boy)

Tags :
Kategori :

Terkait