Disinggung apakah di PUTRI kerap terjadi konflik internal, Dian dengan tegas menyanggahnya. Namun soal anggota yang pasif, dia tak bisa mengelaknya.
“Itu terjadi di semua organisasi, ya. Apalagi kami ini bukan orang organisasi murni, tapi pengusaha. Jadi sama-sama belajar dari nol, jadi itu wajar saja,” timpalnya.
Lalu, apa yang akan menjadi fokus jangka panjang Dian? Wanita asal Malang itu menjawab; upgrading.
Visi misi itu telah dia paparkan dalam proses pemilihan ketua baru di musda. Dan itu pula yang akan menjadi landasan kerja PUTRI Kaltim 4 tahun ke depan.
Ada 2 peningkatan yang akan dimasifkan. Yang pertama, peningkatan infrastruktur. Bagaimana destinasi di Bumi Etam bisa memiliki fasilitas wisata yang baik dan memanjakan pengunjung. Fasilitas penunjang seperti kamar kecil dan lainnya. Yang muranya tentu, agar wisatawan bisa mendapat kesan dan pengalaman yang baik saat berwisata. Dengan keamanan yang terjamin pula.
Kedua adalah peningkatan pelayanan atau hospitality. Bisnis kepariwisataan memang dibangun dengan membuat bermacam infrastruktur. Namun sehebat apa pun destinasi membangun, tanpa hospitality, akan jadi percuma.
Dalam 1 dekade terakhir, konsep pelayanan dan keramah tamahan belum terlihat dominan di mayoritas destinasi di Kaltim. Ini yang menjadikan banyak tempat wisata yang hadir dan tumbang. Karena tak mampu memuaskan pengunjung di semua aspek.
“Kita masih kurang di hospitality. Kita harus meningkatkan kualitas pelayanan. Jangan sampai membuat pengunjung, ‘beli lah tiketnya, habis itu terserah lu mau ke mana’.”
“Enggak boleh membiarkan pengunjung kebingungan seperti itu. Minimal ada ucapan selamat datang, memberi informasi jika diperlukan. Ya, menimbulkan rasa kesenangan dan kenyamanan, lah,” tegasnya. Kali ini suaranya sudah lebih melengking.
Diakui atau tidak, tolok ukur taman rekreasi di Indonesia saat ini masih berada di Pulau Jawa. Nah, Dian ingin mengajak seluruh destinasi yang bergabung di PUTRI, untuk mengejar level itu. Karena secara potensi, Kaltim punya segalanya. Tapi bicara pelayanan dan keramah tamahan, ya, Kaltim memang harus belajar banyak.
“Kepercayaan diri pengelola destinasi (di Kaltim) sudah besar. Itu bagus. Tinggal mikir bagaimana kualitas, pelayanan, dan lainnya bisa kaya di luar (Jawa). Itu yang harus dikerjakan bareng-bareng,” pungkasnya. AVA