Petani Mandiri Gembira Harga TBS Naik; Jaga Kualitas dan Tingkatkan Produksi

Selasa 28-09-2021,13:04 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Kutim, nomorsatukaltim.com – Harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit mengalami lonjakan. Petani mandiri di Kutai Timur (Kutim) kembali bergairah meningkatkan produksi kebun kelapa sawitnya. Karena harga jual yang kembali meningkat dan hingga kini masih bertahan. Kini harga TBS sawit cukup stabil di atas angka Rp 2.000 per kilogram. Hal ini membuat Ramli, seorang petani mandiri di Desa Kandolo, Kecamatan Teluk Pandan semringah. Apalagi di masa pandemi COVID-19 ini. Naiknya harga TBS sawit sangat membantu perekonomian para petani. “Harga seperti sekarang ini sangat bagus. Apalagi dulu sempat turun hingga Rp 1.300 per kilo,” ucap Ramli, dikutip dari Disway Kaltim, Senin (27/9/2021) Menurut pria berusia 45 tahun ini, naiknya harga TBS ini mendorong petani lebih bergairah. Kebun pun kini lebih diurus dan rajin diperhatikan. Agar hasil produksi buah sawit jadi berkualitas tinggi. Proses pemupukan misalnya, kembali coba dijalankan. Biasa dilakukan 2 kali setahun dengan mengabiskan sekitar 700 kg per hektare. Tentunya dengan harapan harga TBS dapat bertahan seperti sekarang. “Karena jika turun lagi, untuk pupuk saja kami tekor. Karena harga bagus, kami juga mau hasil produksi semakin baik,” tuturnya. Ia menyebut, kebun miliknya seluas 4 hektare. Saat ini sawit yang dihasilkan bisa mencapai 2-3 ton untuk tiap hektare. Apalagi dengan sering turunnya hujan, menurutnya membuat hasil buah semakin baik. “Saya berharap harga stabil di atas Rp 2.000 ini. Para petani pasti mau meningkatkan produksi,” sebutnya. Hal yang sama juga diungkapkan, Ismail. Menurutnya naiknya harga TBS sawit membuat senang para petani. Ia berharap harga bisa stabil dan tidak mengalami penurunan seperti sebelumnya. “Ini kabar gembira bagi petani mandiri. Yang jelas saya akan berusaha meningkatkan produksi sawit,” ujar Ismail. Dirinya juga mengaku memiliki luas kebun 4 hektare. Secara keseluruhan, jika dipanen dapat menghasilkan 7-9 ton. Ia biasa menjual kepada pengepul dengan harga sekitar Rp 2.300 per kilogram. “Padahal dulu angkanya paling tinggi hanya Rp 1.800 per kilo. Saat ini sudah sangat bagus,” urainya. Dari hasil penjualan TBS kini petani bisa mendapat hasil yang cukup memuaskan. Karena ongkos produksi bisa tertutupi dan masih ada untung yang bagus. “Jika dipotong dengan biaya perawatan kebun dan lainnya, kami masih dapat untung. Semoga tidak turun lagi harganya,” tutupnya. Agrobisnis dan Agroindustri Bupati Kutai Timur Ardiansyah Sulaiman pernah mengatakan, bahwa periode pemerintah saat ini merupakan periode 5 tahun terakhir dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 25 tahun pertama Kabupaten Kutai Timur. Grand design dari RPJP mengamanatkan bahwa Kabupaten Kutai Timur harus menjadi daerah Agrobisnis dan Agroindustri. "Dalam rangka menuju Agrobisnis dan Agro Industri maka sejak awal berdirinya Kabupaten Kutai Timur, mempersiapkan diri pembangunan perekonomiannya diletakkan pada pembangunan dengan memanfaatkan Sumber Daya Alam (SDA) yang bisa diperbaharui yaitu perkebunan kelapa sawit." jelas bupati, pada laman pemkab. Kutai Timur merupakan daerah perkebunan kelapa sawit terbesar di Provinsi Kalimantan Timur dengan luas sekitar 450.000 Ha. Namun ironisnya sampai saat ini belum punya pabrik industri hilir kelapa sawit. “Pada periode ini kita akan membuat regulasi agar ada industri hilir kelapa sawit," tambah Ardiansyah. BCT/ENY

Tags :
Kategori :

Terkait