Mario Gomez Bukan Super Mario

Senin 20-09-2021,18:25 WIB
Reporter : Disway Kaltim Group
Editor : Disway Kaltim Group

Benar saja, kepercayaan diri Mario Gomez terhadap skuat mudanya jadi biang keladi dari tampil buruknya Borneo di Piala Menpora 2021. Mereka keok 2 kali dan imbang sekali dari 3 laga di fase grup.

Menambah keanehan Gomez, di Piala Menpora itu, penyerang asing pilihan Gomez, Amer Bekic hanya bermain sekali. Pun Irsan Lestaluhu yang ia dambakan. Hanya bermain di awal babak pertama pada laga terakhir yang sudah tak menentukan apa-apa.

1 penampilan tak penuh itu menjadi keterlibatan terakhir Amer dan Irsan. Amer kemudian dibekukan dari skuat dan digantikan Bustos. Sementara Irsan dipinjamkan. Tak ada kesempatan lainnya untuk pemain muda tersebut.

Perkara kegagalan Piala Menpora ini membuat manajemen beringsut sibuk setelahnya. Mereka memborong pemain-pemain potensial. Lini depan, tengah, dan belakang ditambal habis-habisan. Dan kembali, Gomez memilih tidak mempercayai Fajar dan Wawan karena tidak sesuai selera taktiknya.

Bicara taktik, ini yang jadi kelemahan utamanya. Gomez masih memakai gaya lamanya, yakni permainan defensive ala Eropa. Ya, Gomez memang lebih suka hal-hal yang berbau Eropa ketimbang Amerika Latin.

Terlepas dikatakan bahwa Gomez adalah pelatih yang tegas dan disiplin. Tapi permainan Borneo di bawah kendalinya sepanjang tahun 2021 ini tak terlalu apik. Rencana dasarnya untuk bermain bertahan lalu menyerang balik tak sesuai dengan karakteristik pemain Borneo yang lebih cocok bermain menyerang.

Transisi permainan menjadi hal yang paling kacau di bawah kendali Gomez. Pun soal penyelesaian akhir. Tidak ada pakem baku bagaimana menyerang gawang lawan selain beri bola ke sayap, umpan silang ke tengah, dan sundul ke gawang. Itu.

Sementara tim-tim lain dan taktik sudah berkembang. Gomez masih setia dengan permainan pragmatisnya. Maka sebenarnya, potensi Borneo untuk terjerembab di musim ini sangat terbuka andai masih menyerahkan dapuk kepelatihan pada Gomez.

Memang di pekan pertama Liga 1 Borneo berhasil menang dengan meyakinkan. Tapi perlu diingat, Persebaya yang mereka lumat 3-1 itu tak memainkan pemain asingnya. Hasil sebenarnya terlihat pada pekan kedua. Permainan lamban khas Gomez malah mengantarkan kekalahan pertama mereka di musim tersebut. Kekalahan yang kemudian memicu Gomez meninggalkan tim. Memutus kontraknya secara sepihak. Dan kini bersiap menghadapi gugatan mantan timnya ke Badan Penyelesai Sengketa FIFA.

Dengan skuat yang sama persis. Laga Borneo FC kontra Barito Putera yang ditata oleh pelatih interim, Ahmad Amiruddin malah menampilkan sesuatu yang berbeda. Borneo bermain sangat terbuka. Mereka menyerang tanpa lelah. Kreativitas di lini depan begitu terasa. Karena berbagai variasi serangan diperagakan Bustos dkk.

Terlepas hasil imbang 1-1. Itu karena memang taktik Amiruddin belum sempurna digodok. Sejak Agustus 2020 hingga Jumat lalu, pemain Borneo memang disiapkan untuk permainan bertahan.

Pada akhirnya, perpisahan tidak mengenakkan ini malah bisa membuat Borneo melangkah lebih baik. Tergantung bagaimana mereka melakukan perekrutan pelatih selanjutnya. Apakah tepat, atau kembali jatuh ke lubang yang sama. Paling tidak, Borneo FC Samarinda dengan jersey lorengnya itu. Memang harus bermain spartan. Bukan sebaliknya.

Atas kasus Gomez meninggalkan Borneo ini. Publik sepak bola Tanah Air mulai mengubah cara pandang mereka terhadap Mario Gomez. Pertama, Mario dianggap sebagai orang yang tidak bertanggung jawab dan tidak profesional. Bagaimana ia meninggalkan Arema dan Borneo secara beruntun menegaskan itu. Kedua, memang sepertinya ia harus mencari tantangan baru ke negara lain. Lantaran karakter permainannya sudah tidak relevan di kompetisi Tanah Air.

Mario Gomez yang kini bukan lah Super Mario lagi. Barang kali ia harus pensiun dari sepak bola. Dan bersantai di rumah, bermain dengan cucu, seraya membaca Koran Disway Kaltim di pagi hari. Atau, Gomez bisa memulihkan karier manajerialnya, dengan membesut klub maha dahsyat, Arsenal! AVA

Tags :
Kategori :

Terkait