Tanaman Busuk Sebelum Panen, Harga Sayur Lokal PPU Terpengaruh Hujan

Senin 06-09-2021,12:00 WIB
Reporter : admin12_diskal
Editor : admin12_diskal

PPU, nomorsatukaltim.com - Harga sayur-mayur di Penajam Paser Utara (PPU) melonjak sepekan terakhir. Khususnya yang diproduksi para petani lokal.

Para pedagang di pasar tradisional mengeluhkan beberapa harga komoditas yang tinggi. Sebab memengaruhi daya jual ke pembeli. Yuni, salah satu pedagang di Pasar Induk Petung menuturkan, yang paling tinggi kenaikan itu ialah sawi. Dia biasa hanya menjual Rp 5 ribu per ikat. Mengambil keuntungan sekira Rp 2 ribu dari petani. "Tapi sekarang ini kita jualnya Rp 10 ribu - Rp 15 ribu. Karena kita ngambil dari petani sudah di atas Rp 8 ribu," ungkap dia kepada nomorsatukaltim.com-Disway News Network (DNN). Begitu juga yang terjadi dengan harga tomat. Yang biasa per kilo dijual Rp 18 ribu, kini dijual dengan harga Rp 22 ribu - Rp 25 ribu. Keluhan juga datang dari Roni. Salah seorang pedagang sayur-mayur di Pasar Induk Nenang. Kenaikan harga yang cukup tinggi itu membuat dirinya tak berani mengambil banyak jenis sayur. Antisipasi agar dirinya tak merugi. "Jadi pembelinya kurang juga. Kemungkinan mereka mengurangi kebutuhan masak mereka," sebutnya. Selain sawi dan tomat, beberapa komoditas pasar yang ikut naik ialah kacang panjang, kangkung, selada, dan cabai. Rata-rata per item mengalami kenaikan Rp 7 ribu - 12 ribu. Keadaan ini sudah diketahui pemerintah. Melalui Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Usaha Kecil Menengah (Perindag KUKM) PPU sudah melakukan monitoring di lapangan. Kepala Bidang Perdagangan, Bustam menuturkan, penyebab utama terjadinya lonjakan harga itu hasil panen petani. Buntut dari beberapa hari terakhir curah hujan yang tinggi. "Kalau lokalan sementara ini terjadi kelangkaan barang, karena curah hujan yang tinggi akhir-akhir ini. Banyak tanaman yang busuk sebelum panen," ujarnya. Namun begitu, untuk harga sayur-mayur yang dipasok dari luar daerah, harganya masih stabil. "Ya seperti kol, wortel, bawang bawangan, kentang dan lain-lain yang diambil dari Sulawesi dan Jawa," tutupnya. (rsy/zul)
Tags :
Kategori :

Terkait