Lapangan East Mandu, South Mahakam. (ist)
Balikpapan, DiswayKaltim.com - PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) berhasil memproduksi gas di sumur MD-111 Lapangan Mandu, area South Mahakam.
Sumur baru itu memproduksi gas 17 juta kaki kubik perhari (MMscfd) dan kondensat sebanyak 950 barrel condensate per day (BCPD) per 21 Oktober 2019.
“Kami memperkirakan pada minggu pertama November 2019, produksi gas dari sumur MD-111 ini akan mencapai puncaknya, yakni 35 MMscfd,” kata General Manager PHM, John Anis dalam keterangan resmi kepada Diswaykaltim.com, Jumat (25/10/2019).
Tim PHM membor sumur MD-111 dengan menggunakan kepala sumur dari platform MD1. Berjarak 2,5 km dari sumur. Aktivitas itu diselesaikan dengan durasi lebih singkat dibanding operasi sejenis.
“Para engineer di PHM membuat inovasi dengan mengurangi jumlah casing string (pipa pembungkus yang diturunkan ke lubang pengeboran kemudian disemen untuk mengamankan sumur) yang biasa berjumlah 4 menjadi 3,” imbuh John Anis.
Sebelumnya, dalam pemboran sumur di Mandu selalu dipasang 4 casing guna mengamankan aspek shallow gas hazards. Atau semburan gas yang tak terkendali dari sumur-sumur dangkal, dan total losses karena melewati lapisan batuan gamping yang cukup tebal.
Sumur MD-111 selesai dibor menggunakan jack-up Rig Tasha pada 26 September 2019. Hasilnya sangat baik. Yaitu reservoir dengan total ketebalan 92 meter gas dan 19 meter minyak. Cadangan gas diperkirakan mencapai 20,7 Bcf, sedangkan cadangan minyak mencapai 100.000 barel.
Besarnya cadangan gas dari sumur ini merupakan sebuah hal yang sangat menggembirakan. Khususnya di WK Mahakam yang sudah masuk fase penurunan produksi alamiah. Semula ketebalan reservoir yang diprediksi dari MD-111 adalah 25 meter gas dengan cadangan gas 5 Bcf.
“Temuan positif pada sumur MD-111 ini menyusul keberhasilan sumur MD-109 di panel yang sama, yakni di Mandu Central Panel, pada tahun 2018,” kata John Anis lagi.
Proses untuk memutuskan apakah akan mengebor sumur di Mandu Central Panel bukan hal mudah. Mengingat kompleksitas kondisi geologi di Lapangan Mandu.
Adanya patahan-patahan yang memisahkan Lapangan Mandu menjadi beberapa panel memberikan akumulasi hidrokarbon yang berbeda. Sehingga sulit memastikan apakah sumur yang akan dibor berada di ladang gas atau ladang minyak.
Kajian bawah permukaan bumi (sub-surface) komprehensif tim PHM akhirnya mampu mengidentifikasi potensi kandungan hidrokarbon di masing-masing panel tersebut. “Kajian ini sangat krusial mengingat fasilitas di platform MD1 yang berada East Mandu Panel lebih dikhususkan untuk gas dan bukan minyak,” katanya lagi.
John Anis menyatakan kegembiraannya atas produksi sumur MD-111 ini. Karena memberikan berkontribusi yang cukup besar terhadap keseluruhan produksi di WK Mahakam.
PHM, kata John, akan terus mencari berbagai terobosan dan inovasi yang mengutamakan keselamatan, efisiensi, dan pengambilan risiko yang terukur. (fey/eny)