Kaltim Masih Kekurangan 4 Juta Dosis Vaksin

Minggu 29-08-2021,18:45 WIB
Reporter : Yoyok Setiyono
Editor : Yoyok Setiyono

Kasus COVID-19 di Kalimantan Timur (Kaltim) masih menjadi perhatian karena menjadi daerah dengan penyumbang kasus aktif terbesar di Indonesia. Tentu itu bukan prestasi yang patut dibanggakan. Untuk menekan penyebaran Corona, Bumi Etam butuh dukungan vaksin dari pemerintah pusat.

Nomorsatukaltim.com - Pemerintah Kalimantan Timur berupaya keras menekan pandemi.  Selain menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4, upaya lain dengan mempercepat vaksinasi kepada masyarakat. "Kita baru di angka 21-an persen. Masih jauh, perlu 4 jutaan dosis lagi," ungkap Padilah Mante Runa, di Podcast Ngopi Sore, Ngobrol Pintar dan Inspiratif, episode “Yuk Ketahui Tentang Vaksin”, Kamis (26/8). Padahal ujar Padilah, jumlah vaksin yang tiba di Kaltim hingga 25 Agustus 2021 baru mencapai 220.263 vial. Atau setara 1.329.970 dosis. Semuanya sudah tersebar di 10 kabupaten dan kota di Kaltim. Padilah menyebut penyebarannya sudah sesuai dengan instruksi dan kebutuhan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) langsung. Setiap datang, langsung dibagi sesuai data yang dilampirkan oleh Kemenkes untuk masing-masing daerah. Jumlah vaksin yang sudah tiba hingga saat ini masih jauh dari kata cukup. Masih rendah. Perlu 2,8 juta dosis vaksin untuk memenuhi kebutuhan jumlah masyarakat Kaltim. Itu baru satu dosis saja, berarti perlu 5,7 juta dosis vaksin, untuk dua kali suntik. Hingga herd immunity atau kekebalan komunal bisa tercapai di Kaltim. Bahkan dengan kedatangan Presiden Jokowi belum lama ini, dimanfaatkan baik oleh Gubernur Kaltim. "Membujuk" agar pemenuhan vaksinasi untuk Kaltim lebih diutamakan dan diprioritaskan. Setidaknya Kaltim secara keseluruhan bisa melakukan vaksinasi 10-15 ribu dosis perharinya. Tentu dengan catatan pemerintah pusat lancar mendistribusikan vaksin ke Kaltim. Gayung bersambut, distribusi vaksin terus mengalir ke Kaltim. Meski dalam jumlah terbatas. Buktinya berbagai macam sudah masuk ke Indonesia, dan ke Kaltim khususnya. Seperti CoronaVac dari Sinovac, Moderna buatan Amerika, Astrazeneca dari Inggris hingga Sinopharm. Vaksin terakhir dikhususkan untuk vaksin gotong royong bagi perusahaan swasta untuk karyawannya. Beda merk, tentu beda jenis kandungan vaksinnya yang dijelaskan oleh Padilah. CoronaVac merupakan vaksin yang menggunakan tubuh virus corona yang sudah dimatikan. Moderna menggunakan RNA virus sebagai kandungan dan Astrazeneca menggunakan DNA virus corona. "Semua sama saja, sama-sama menciptakan antibodi untuk melawan virus corona," lanjut Padilah lagi. Padilah pun mengatakan, fungsi vaksinasi mulai terasa dirasakan Indonesia. Cukup membantu menekan jumlah kasus. Meski sempat terjadi lonjakan pada masa gelombang kedua sejak Juni 2021 lalu. Namun berdasarkan studi yang dilakukan, didapati fakta bahwa 99 persen masyarakat yang sudah menjalani vaksinasi lepas dari "amukan" virus COVID-19 varian delta. Meski satu persen masih ada yang tertular dengan tingkat gejala yang sangat rendah. Terkait bagaimana masyarakat bisa mendapatkan informasi terkait pelaksanaan vaksinasi. Padilah menyebut tidak ada ketetapan yang sama di 10 kabupaten dan kota di Kaltim. Pemprov Kaltim memberikan keleluasaan yang besar bagi kabupaten dan kota untuk berimprovisasi bagaimana menarik minat dan pelaksanaan vaksinasi di lapangan. "Tidak ada yang seragam untuk pelaksanaan vaksinasi, tergantung daerah masing-masing, kita terus mensupport," ungkap Padilah. Sementara itu, Dokter Spesialis Anak, dr Christie, pun meminta para orang tua yang memiliki anak usia direntang 12-17 tahun. Untuk ikut menyukseskan program vaksinasi dari pemerintah pusat. Terlebih rentang usia tersebut merupakan usia yang sudah direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) untuk menerima suntikan vaksin. Utamanya jenis CoronaVac. Inipun dianggapnya sebagai upaya agar Pembelajaran Tatap Muka (PTM) bisa benar-benar segera dilakukan. Selain disamping mempercepat cakupan vaksinasi. Yang dikejar hingga 70 persen masyarakat Indonesia. Persyaratan pun tidak berbeda dengan orang dewasa untuk menjalani vaksinasi bagi remaja. Tentunya tidak dalam keadaan sakit,tidak memiliki penyakit bawaan yang memang dilarang menerima vaksinasi. Selebihnya pun sama saja. Begitupun dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang ditimbulkannya. Seperti demam, nyeri sakit dibagian suntikan, nyeri sendi, mual hingga muntah. Namun itu lumrah terjadi pasca menerima vaksin. Terkait ketakutan orang tua terhadap pemberian vaksin pada kelompok usia 12-17 tahun dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Christie pun mengatakan hal itu tentunya sangat tidak benar. Malah membuat tumbuh kembang anak menjadi lebih baik. Karena mendapat kekebalan tubuh dalam menghadapi COVID-19 yang memang masih merajalela ini. "Malah kearah yang lebih baik, karena tentu sudah melalui beberapa tahapan dan penelitian," ujar Christie yang turut menjadi narasumber Ngopi Sore di Hotel Horison Samarinda. Namun bagi orang tua yang malah ingin memberikan vaksin COVID-19 pada anaknya, tetapi belum mencukupi usia yang ditentukan. Christie pun mengatakan tidak perlu berkecil hati. Cukup memberikan pemahaman, memberikan edukasi kepada sang buah hati, bagaimana menerapkan hidup yang bersih dan sehat. Karena memang buah hati merupakan peniru yang handal dari orangtuanya. Sementara bagi ibu yang sedang menyusui. Kinipun sudah diperbolehkan untuk menjalani proses vaksinasi. Tapi tentu dengan beberapa catatan yang diperbolehkan oleh dokter. Sehingga meskipun menerima suntikan vaksin, tidak perlu ragu memberikan ASI kepada buah hati. Dalam artian turut memberikan kekebalan bagi bayi yang menerima ASI tersebut. "Para orang tua yang memiliki anak dan sudah memenuhi kriteria wajib vaksin, segera lakukan vaksin dan jangan ragu. Semakin banyak yang divaksin tentu semakin cepat terbentuknya herd immunity. Jangan ragu, karena sudah diteliti dan aman," pungkas Christie. "Dan cepat capai target akhir tahun ini herd immunity," timpal Padilah. Diketahui, memang sejak dimulainya vaksinasi pada awal 2021 lalu, Indonesia gencar melakukan vaksin. Mendatangkan vaksin jenis CoronaVac dari Sinovac, perusahaan farmasi asal Tiongkok. Vaksin ini menjadi yang terbanyak digunakan oleh Indonesia. Khusus di Kaltim sendiri, pertama kali yang mendapat dosis vaksin ialah duo Samarinda dan Kutai Kartanegara (Kukar). Ini dianggap menjadi solusi penekanan jumlah kasus aktif dan menjadi salah satu upaya keluar dari jeratan COVID-19. Bahkan Indonesia menjadi negara di Asia yang paling tinggi menggencarkan vaksin. Begitu yang disampaikan Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Kaltim, Padilah Mante Runa. *MRF/YOS
Tags :
Kategori :

Terkait