Nur Ika Agustina; Sosok Perempuan Tangguh di Balik Badut Boboiboy

Kamis 26-08-2021,11:30 WIB
Reporter : admin12_diskal
Editor : admin12_diskal

Lucu, imut, lihai berjoget dengan lincah mengikuti irama musik yang diputar. Tujuan menghibur itu dilakukan oleh “manusia badut”. Badut membuat siapapun melihatnya tertawa. Namun di balik kostum itu, merahasiakan kehidupan mereka yang rumit.

nomorsatukaltim.com - Nur Ika Agustina, salah satu orang yang menekuni pekerjaan tak lazim itu. Perempuan tangguh di balik kostum Boboiboy. Ika -sapaan akrabnyam menghibur di traffic light Jalan Ahmad Yani, Kecamatan Tanah Grogot, Kabupaten Paser. Bakda asar, dia sudah di tempat yang diyakininya sangat stretegis, dan sebelum magrib bergegas pulang berkumpul bersama buah hatinya. Penghasilan dari badut tak menentu, sekira Rp 100 ribu per hari. Namun sebesar Rp 50 ribu harus disetorkan, karena kostum yang dikenakannya sistem sewa dan dibayar per sekali sewa. Ika seorang single parent bagi empat orang anak, dia tidak malu sekalipun untuk menutupi identitasnya. “Saya bangga dengan pekerjaan ini. Enggak canggung sama sekali. Kalau malu, siapa yang beri makan,” kata Ika. Sosoknya sangat tangguh dan supel. Saat berbincang dengan awak media ini, Ika terlihat sangat ceria, tak ada raut kesedihan sama sekali terpancar di parasnya. Menjadi “manusia badut” dijalani sejak pandemi COVID-19 merebak di Indonesia, khususnya di Kaltim pada Maret 2020 lalu. Rasa malas dan gengsi tak ada dalam dirinya, terpenting baginya membuat anak-anaknya tersenyum dan cukup untuk makan sehari-hari. “Anak-anak juga tidak malu. Bahkan saat pulang bertanya, mama capek ya. Jadi mereka tahu apa yang saya kerjakan. Memilih badut ini atas kemauan sendiri,” sambung perempuan kelahiran Agustus 1990 silam. Tak hanya stay di traffic light Jalan Ahmad Yani, Ika juga kerap diminta menghibur saat perayaan ulang tahun. Dia mengaku bayarannya cukup lumayan, yakni senilai Rp 350 ribu per sekali sewa. Ika pernah berada di titik terendah. Dia tidak mampu membayar sewa rumah senilai Rp 600 ribu selama 7 bulan. Itu dialaminya awal pandemi COVID-19. Dirinya harus bekerja keras, memutar otak mencari uang, melunasi sisa pembayaran dan mencari tempat tinggal yang baru. Memang sebelum menjadi “manusia badut” Ika bekerja di laundry, pelayan di kedai kopi, ojek penumpang dan kurir barang. “Sebenarnya ada penghasilan laundry, Cuma kadang pelanggan bayarnya per tiga kali nyuci. Jadi apapun pekerjaannya selama itu halal, saya jalanin tanpa canggung dan rasa malu,” tegas dia. Saat ini, Ika bersama dua anaknya tinggal di kios laundry tempat dia bekerja di daerah Desa Senaken. Namun fasilitas terbatas, tak ada toilet. Sehingga untuk mandi dan buang air, ke langgar yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Dia tak berhenti berusaha dan berdoa, agar ke depannya mendapatkan hunian yang laik lagi. Untuk menggunakan jasanya sebagai ojek penumpang dan kurir, Ika tidak bergabung pada ojek online, melainkan masih cara konvensional. Bekerja di kedai kopi ia jalani saat malam hari. Sehingga saat dapat jatah libur, ia benar-benar memanfaatkan momentum itu bersama anaknya. “Anak saya ada empat. Namun dua di antaranya sama neneknya di Sulawesi. Ya anak-anak juga enggak maksa kalau saya libur, harus ke sana atau tempat tertentu, cukup di Taman Bunga Mawar. Tapi kalau ada order-an ojek, mereka paham dan tak masalah,” ungkap Ika. Ia punya cita-cita mulia dengan membuka lapangan kerja. Ika menargetkan tahun depan memiliki empat kostum badut sendiri, sehingga memberikan pekerjaan bagi orang lain. “Ya kadang ada yang minta selain Boboiboy dan Micky Mouse, seperti Hello Kitty dan Doraemon. Insyaallah bisa punya sendiri dan membantu teman-teman yang pengin bekerja, terpenting tidak malu,” tutup Ika.(asa/zul)
Tags :
Kategori :

Terkait